
Purwokertokita.com – “Dhuwur temen!”
Gumam beberapa pengunjung Lestari Budaya Kamandaka Ballet, di panggung terbuka Bukit Bintang, Baturaden Banyumas, Sabtu (15/7) malam. Mereka terheran-heran saat menyaksikan sembilan warga negara Belgia masuk ke atas panggung dan mulai berjoget.
Kebetulan, tujuh perempuan dan dua lelaki ini rata-rata memiliki postur tubuh cukup jangkung. Meski demikian, mereka tetap asyik berjoged ala penari Banyumas. Mereka mengenakan pakaian penari, lengkap dengan ikat kepala yang biasa dipakai lelaki dan riasan ala penari lengger.
Saat musik diputar, seketika penonton pagelaran malam bertepuk tangan. Aksi mereka bertambah greget ketika masing-masing penari membawa kuda lumping dan berjoget memutari panggung.
Mereka membawakan tari medley Lengger Bodongan dan diakhiri dengan Goyang Maumere. Meski gerakannya terlihat kaku, aksi para relawan dari lembaga sosial Bouworde, Belgia ini mengundang gelak tawa dan tepuk tangan penonton.
Koordinator warga negara Belgia, Fien Kempen merasa senang dapat tampil pada pagelaran tersebut. Dia menilai, budaya dan masyarakat Banyumas adalah budaya yang terbuka, berbeda dengan budaya yang ada di negaranya.
“Saya sangat senang bisa tampil di acara ini, pada malam ini. Saya kira budaya dan masyarakat Banyumas sangat terbuka dan menarik. Kebudayaan disini juga dianggap sangat penting, bagi warganya,” katanya.
Fien mengaku, dia dan teman-temannya hanya berlatih sebanyak tiga kali selama tiga jam untuk tampil dalam acara tersebut. Dipandu oleh koreografer tari, Ambar Purwito, mereka berlatih menari memanfaatkan ruang rumah makan Putri Gunung di Desa Kemutug Lor, Kecamatan Baturraden.
Pemandu sekaligus pemilik rumah makan Putri Gunung, Tekad Santoso mengaku salut dengan keberanian dan semangat para warga negara Belgia tersebut. Meski hanya berlatih selama tiga kali, tapi mereka mendapat apresiasi yang tinggi dari penonton.
“Tidak perlu tampil sempurna. Sudah berani tampil dan menari banyumasan saja itu sudah sangat bagus,” katanya.(NS)