Petani Purbalingga Berjibaku Hadapi Perubahan Iklim

Lingkungan568 Dilihat
Timbangan digital menunjukkan angka 7,4 Kg saat menimbang hasil panen pertanian per ubin di demplot Climate Smart Agriculture (CSA), Senin (8/11/2021). /Foto: Dinpertan Purbalingga.

PURWOKERTOKITA.COM, PURBALINGGA – Petani menjadi kelompok yang paling terdampak perubahan iklim. Kemarau panjang atau musim hujan yang terlampau lama akibat perubahan iklim misalnya, memengaruhi produktivitas dan penghasilan petani. Untuk mengatasi dampak perubahan iklim, petani di Kabupaten Purbalingga bersiasat agar tetap produktif dengan mengembangkan tekonologi Climate Smart Agriculture (CSA).

Mengutip Food and Agriculture Organization (FAO), badan PBB yang membidangi urusan pangan dan pertanian, mengartikan CSA sebagai pendekatan untuk memandu perubahan dari sistem pertanian pangan menjadi praktik pertanian ramah lingkungan dan tahan terhadap perubahan iklim.

“Tujuan demplot CSA adalah untuk meningkatkan produktivitas, mengajarkan budidaya pertanian yang tahan terhadap perubahan iklim, mengurangi risiko gagal panen, mengurangi emisi gas rumah kaca serta meningkatkan pendapatan petani,” ujar Koordinator Penyuluh Pertanian Kabupaten Purbalingga, Seno Bayu Murti.

Di Purbalingga, demplot CSA meliputi dua Kecamatan yang dilewati irigasi Banjar Tjahyana Weerken (BTW) yaitu wilayah Kecamatan Bukateja dan Kecamatan Kemangkon. Dua wilayah itu menjadi lokasi proyek SIMURP (Strategic Irrigation Modernization and Urgent Rehabilitation Project) untuk mengembangkan tekonologi CSA.

Proyek ini dijalankan kelompok tani utama dan satelit. Kelompok tani satelit merupakan kelompok di luar kelompok SIMURP.

Kepala BPP Kecamatan Bukateja, Elly Budiarto, menjelaskan demplot CSA di lokasi kelompok tani utama telah dilaksanakan 100 persen, antara lain di Desa Kembangan, Kedungjati dan Karanggedang.

“Untuk lokasi desa satelit, kami memilih Kelompok Tani Sido Mandiri Desa Bukateja Kecamatan Bukateja dan alhamdulillah hari ini kami melaksanakan FFD (farmer family day) dan panen,” kata Elly, Senin (8/11/2021).

Hasil yang diperoleh dari panen ini adalah 7,4 kg per ubin atau setara dengan 11,84 ton gabah kering panen (GKP) per hektare.

Tinggalkan Balasan