Buku bersampul tokoh pewayangan Bawor ini berjudul Kamus Dialek Banyumas-Indonesia Edisi Baru. Layaknya kamus, di dalamnya terdapat berbagai entri yang dijelaskan melalui definisi-definisi. Entri-entri tersebut terangkum dalam 330 halaman. Layaknya kamus, buku ini bisa dibaca secara mana suka, tak perlu dibaca secara linear sampai tuntas, tergantung pada kebutuhan pembaca.
Kamus Dialek Banyumas-Indonesia ini, disusun oleh sastrawan penulis trilogi Ronggeng Dukuh Paruk, Ahmad Tohari. Para penyokong data, tersemat di buku ini, yakni Bambang Wadoro, Fajar P, Hadi Wasikoen, M Koderi dan Warmono. Penerbitnya Yayasan Swarahati Banyumas.
Manfaat buku ini, dapat memperluas, memperkaya perbendaharaan kata dan pengantar memahami dialek Banyumas. Tentu pula, bermanfaat bagi siapapun yang memiliki keterikatan khusus dengan warga Banyumas agar tak salah tafsir saat berkomunikasi, misalnya dengan pacar atau calon mertua.
Berikut rangkuman 10 entri penting yang jadi bagian komunikasi sehari-hari warga Banyumas. Semoga bermanfaat.
Inyong : Saya, aku, peng-an orang seperti saya, masyarakat umum
Rika : Anda (panggilan kepada mereka yang lebih tua); Pamane, rika arep maring endi? Paman, Anda mau ke mana?
Koh : Penguat atas pembenaran; Genah iya -, inyong ora goroh. Memang begitu, saya tak berbohong
Kayangapa : Bagaimanapun, seperti apapun; mbok de- inyong ora bakal teyeng. Bagaimanapun juga saya tidak akan mampu.
Madhang : Makan nasi. Jaman siki apa esih ana wong sing kurang -? Apakah sekarang masih ada orang yang kurang makan nasi?
Kencot : Lapar; wong -perek setane. Orang lapar mudah terpengaruh hal-hal yang buruk.
Kenangapa : Kenapa, Mengapa
Perek : Dekat; Sedulur adoh mambu wangi, sedulur – mambu tai. Saudara jauh dirindukan, saudara dekat sering bertengkar.
Ndeyan : Mungkin, barangkali; Pak Guru – lagi ora sehat mulane ora mulang. Pak Guru mungkin sedang tidak sehat maka tidak mengajar.
Bebeh : Enggan, tidak mau, malas