Ngaji Jumat: Seperti Apa Prinsip Hidupmu?

Rehat178 Dilihat
Gus Anam (peci putih) saat menerima tamu Jamaah Rifa'iyyah dari Pekalongan, baru-baru ini di kediamannya, kompleks Ponpes At Taujieh 2, Leler, Randegan, Banyumas. (Djito El fateh/Purwokertokita.com)
Gus Anam (peci putih) saat menerima tamu Jamaah Rifa’iyyah dari Pekalongan, baru-baru ini di kediamannya, kompleks Ponpes At Taujieh 2, Leler, Randegan, Banyumas.
(Djito El fateh/Purwokertokita.com)

Purwokertokita.com – Zaman sudah sedemikian berubah, berkembang, hingga mengalami pergeseran budaya dan peradaban. Dewasa ini, begitu banyak orang seperti kehilangan -atau tidak punya- prinsip hidup.

Pemimpin dzolim, perilaku korup, sedikitnya teladan, dan fenomena lain yang datang mengagetkan. Belum lagi melihat perkembangan teknologi pada satu sisi, sekarang ini menjadi zaman fitnah. Saling hujat, saling menjelekkan, saling menjatuhkan, seolah perilaku yang sudah ‘jamak’.

“Ada baiknya, kita membaca pesan hikmah dari Imam Ja’far As Shodiq, cucu Nabi Muhammad SAW. Allah menyembunyikan tiga perkara, pada tiga perkara yang lain. Ini bisa menjadi pegangan, prinsip hidup,” kata Pengasuh Ponpes At Taujieh 2, KH Zuhrul Anam Hisyam.

Pertama, Allah menyembunyikan ridlo-Nya pada perilaku taat. Lalu, perilaku taat yang mana? Kita tidak tahu persis, ridlo Allah ada pada ketaatan kita yang mana. “Maka, jangan pernah meremehkan perilaku taat, meskipun kecil, kelihatan sepele. Siapa tahu, dari taat (ibadah) yang sepele itu ada Ridlo Allah,” kata Gus Anam.

Kedua, Allah menyembunyikan kemarahan-Nya pada perilaku ma’siat (dosa). Lalu, pada perilaku dosa yang mana, Allah menunjukkan murka? Kita tidak tahu. Tidak mesti hanya pada ma’siat besar, tapi bisa juga yang kecil. “Maka, jangan sepelekan perbuatan ma’siat meskipun kecil. Jangan-jangan di sanalah, Allah marah (tidak ridlo),” katanya.

Ketiga, Allah menyembunyikan wali (kekasih, orang yang dekat dan dicintai Allah) pada makhluk. Lalu, makhluk atau orang yang mana, seperti apa? Kita tidak tahu. “Maka jangan pernah merendahkan, menyepelekan orang. Siapa tahu, mereka yang kita sepelekan itu kekasih (wali) Allah,” katanya.

Dari tiga prinsip di atas, maka akan mendorong kita menjadi pribadi yang istiqamah beribadah (melakukaan ketaatan) dari yang kelihatannya sepele demi ridlo Allah. Berusaha keras menjauhi perilaku ma’siat dari yang terkecil, agar terhindar dari marahnya Allah. Dan, menghargai orang, siapapun, dimanapun, dan pantang menyepelekan sesama. Wallahu a’lam bi as showab.

Tinggalkan Balasan