Purwokertokita.com – Koresponden senior Media Indonesia, Liliek Dharmawan menyebut Yogyakarta adalah budaya, mahasiswa dan kenangan. Ia akan mendadak melankolis jika ingat akan Yogyakarta. Lalu, bagaimana kalau kenangan itu dipadupadankan dengan Ada Apa Dengan Cinta?
Film Ada Apa Dengan Cinta 2 (#AADC2), yang merupakan lanjutan dari film drama percintaan remaja Indonesia terlaris sepanjang masa, Ada Apa Dengan Cinta? (AADC), sudah hampir rampung digarap dan segera siap ditayangkan.
Pengambilan gambar yang dilakukan mulai bulan Oktober 2015 sampai dengan awal tahun 2016 meninggalkan kesan yang mendalam bagi para pembuatnya. Tak terkecuali bagi beberapa seniman asal Yogyakarta yang terlibat dalam pembuatan film ini.
Film #AADC2 mengambil lokasi pengambilan gambarnya di Yogyakarta, dilanjutkan kemudian di Jakarta dan New York. Dengan sebagian besar porsi syuting dilakukan di Yogyakarta, tak heran jika Sutradara Riri Riza dan Produser Mira Lesmana mengajak sahabat-sahabat mereka untuk ikut terlibat dalam Film #AADC2, termasuk para seniman muda kontemporer Yogyakarta.
“Yogyakarta itu punya dinamika yang luar biasa di bidang kesenian. Senimannya banyak yang sudah berkelas internasional, tapi mereka masih down to earth, masih stay grounded to their roots,” ujar Mira Lesmana, produser film #AADC2 ini.
“Di samping itu, ada situasi kontemporer Yogyakarta yang belum terwakili di film Indonesia. Situasi kontemporer ini dibentuk dari environment dan atmosfir berkesenian yang unik dan dinamis, yang belum terekam dalam film Indonesia. Inilah yang membuat kami ingin memotret the today’s look of Yogyakarta.”
Riri Riza, sutradara film #AADC2 pun membenarkan hal ini.
“Kami banyak berkolaborasi dengan seniman-seniman Yogyakarta kontemporer untuk #AADC2 ini. Tentu saja, karena berkolaborasi, banyak tercipta ide-ide asyik, yang baik saya atau Mira tidak terpikirkan sebelumnya. Akhirnya semua ini memberikan a very distinctive look di #AADC2, yang hopefully akan membuat orang melihat dan berpikir, “Wow! That is the Jogja I never knew before. Jadi ini akan membuat orang yang belum tahu tertarik untuk melihat dan mengeksplorasi sisi unik lain dari Yogyakarta sekarang.”
Kolaborasi dengan seniman-seniman Yogyakarta ini melintasi ragam seni yang berbeda-beda.
Yang pertama, ada Eko Nugroho.
Salah satu seniman muda paling menonjol di Asia ini mulai mencuat namanya saat karyanya yang berjudul “Republik Tropis” atau “Tropical Giant Square” dipilih brand fesyen ternama Louis Vuitton untuk menjadi salah satu bagian dari koleksi musim gugur dan dingin tahun 2013.
Di dunia seni rupa, Eko Nugroho sudah cukup lama dikenal sebagai inisiator komik Daging Tumbuh (DGTMB) dan perupa yang merespon lingkungan urban dalam karya mural, instalasi, dan bordir. Khusus untuk #AADC2, Eko Nugroho menghadirkan beberapa karya baru.
“Ada beberapa karya baru yang khusus saya buat untuk #AADC2. Proses pengerjaan karya-karya seni kami yang ada di #AADC2 ini sekitar 2 bulan. Saya melakukan riset dari cerita #AADC2 yang disampaikan oleh mas Riri, dari sana ada beberapa point yang saya eksplorasi, lalu saya tampilkan di saat pengambilan gambar atau pada film ini. Jadi selama proses 2 bulan ini, kita membuat beberapa karya, diantaranya lampion raksasa dengan batik, mural, kemudian ada karya bordir lukisan dan patung.”
Eko juga menambahkan, “Mbak Mira dan mas Riri memberikan respon yang sangat positif terhadap karya saya dan memberikan ruang yang seluas-luasnya untuk bereksplorasi. Jadi, tidak ada satupun yang diarahkan. Sebelum karya saya jadi, saya selalu mengkonsultasikan ide. Bahkan secara proses, kita kirim foto, kita kirim informasi ke mereka berdua sebelum karya itu dipasang di lokasi syuting. Dari sana, tidak ada sama keharusan, atau arahan khusus untuk karya-karya ini. Jadi bener-bener pure ide saya. Jujur saya diberikan kebebasan yang sangat luas.”
Selain Eko Nugroho, hadir pula di #AADC2 kelompok teater boneka Papermoon Puppet Theatre. Kelompok yang sudah mendunia ini menghadirkan karya mereka, “Secangkir Kopi dari Playa”, yang diberi sentuhan baru khusus untuk film #AADC2.
Kenapa “Secangkir Kopi dari Playa” yang dipilih?
“Karena tagline “Secangkir Kopi dari Playa” ini adalah “Hanya Sebuah Cinta di Hatinya”. Pas ‘kan ama film #AADC2?”, ujar Ria dan Iwan Effendi, pendiri Papermoon Puppet Theatre ini, dengan gelak tawa.
Imbuh mereka, “”Secangkir Kopi dari Playa” adalah sebuah pementasan berdasarkan kisah nyata, tentang kisah cinta yang sempat hilang. Konsepnya adalah site specific performance yang menggunakan toko barang antik sebagai lokasi pementasannya. Pementasan ini menceritakan tentang bagaimana seorang lelaki yang ‘dibuang’ oleh negaranya, berusaha keras memenuhi janjinya selama 50 tahun, untuk tetap menjaga cintanya pada sang kekasih. Nah, berapa purnama tuh kalau dijadikan versi Rangga dan Cinta?”
Hadir pula di #AADC2 ini Marzuki Mohammad, yang lebih dikenal dengan nama Kill the DJ dan grup Jogja HipHop Foundation yang didirikannya. Juki, panggilan akrabnya, akan menghadirkan karya terbaru yang belum pernah ia rilis sebelumnya, khusus untuk #AADC2.
“Cukup lama berdiskusi dengan mas Riri dan mbak Mira, agar apa yang mereka harapkan dari karya musikku bisa sesuai dengan film ini. Setelah berdiskusi, aku mencari teks dari literatur Jawa untuk direproduksi. Jadilah lagu “Ora Minggir Tabrak”. Sebuah pesan bahwa waktu terus berjalan dan kita tidak bisa memutar ulang. Tugas kita menghadapi dan menikmati segala kemungkinan dengan gagah berani.”
Saat ini, Kill the DJ sedang sibuk eksplorasi dangdut elektronika bersama Libertaria yang albumnya akan segera dirilis.
Selain teman-teman seniman, hadir pula dari Yogyakarta, Pepeng, seorang seniman kopi yang mengajak peminum kopi untuk menikmati minum kopi dengan berbagi cerita tentang kopi yang ia sajikan.
“Ini adalah pengalaman pertama yang unik sekaligus menyenangkan buat saya. Terutama adalah karena saya diijinkan untuk melakukan apa yang saya lakukan di Klinik Kopi sehari-hari,” tutur Pepeng. “Dan menurut saya inilah arti kolaborasi yang sesungguhnya, yaitu ketika dua pihak atau lebih bekerjasama dengan caranya masing-masing untuk menghasilkan sebuah karya,” lanjut Pepeng tentang keterlibatannya dalam film #AADC2 ini.
Sedangkan dari Jakarta, penyanyi indie jazz Mian Tiara, akan ikut mempersembahkan special performance di film #AADC2.
“Terus terang, saya bisa menghabiskan 123 menit untuk menuliskan kesan saya menjadi bagian dari #AADC2. Dengan kalimat sederhana, saya bersyukur dan bangga.”
Dengan kehadiran para seniman muda kontemporer berkualitas dunia dengan ciri khas artistik masing-masing, film #AADC2 akan hadir dengan warna tersendiri. Bagaimana para karakter dalam fim #AADC2 ini bersentuhan dengan karya para seniman kontemporer ini? Semua akan kita lihat saat #AADC2 rilis di bioskop mulai 28 April 2016.