Tawur Agung Kesanga dan Simbol Persatuan Umat Lintas Agama

Peristiwa, Ragam386 Dilihat
Ogoh-ogoh yang menjadi simbol hawa nafsu serakah manusia dibakar pada Tawur Agung Kesanga di Desa Klinting, Kecamatan Somagede, Banyumas, Rabu (6/3). (Purwokertokita.com)

Purwokertokita.com – Menjelang puncak Hari Raya Nyepi yang jatuh pada Kamis (7/3), masyarakat dari berbagai elemen mengikuti pawai budaya dan upacara Tawur Agung Kesanga di Desa Klinting, Kecamatan Somagede, Banyumas, Rabu (6/3).

Perwakilan Parisada Hindu Dharma Banyumas memimpin pawai dari Lapangan Desa Klinting. Disusul oleh grup barisan Umat Budha dan grup ebeg setempat. Di bagian belakang, tiga buah ogoh-ogoh “Kala Senggi”, “Srenggi Srono” digotong warga bersama sebuah gunungan buah. Selesai pawai dua ogoh-ogoh itu kembali menuju lapangan desa. Setelah didoakan oleh pemuka agama, raksasa itu dibakar.

Pengurus Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Kecamatan Somagede, Minoto Dharmo mengatakan, ogoh-ogoh merupakan simbol hawa nafsu serakah manusia. Pembakaran ini mengandung makna bahwa angkara murka harus dimusnahkan.

“Harapannya, pada Tahun Baru 1941 Saka ini, umat Hindu mempunyai hati dan jiwa yang suci,” katanya.

Minoto menuturkan, upacara Tawur Agung Kesanga bertujuan agar selama menjalani catur brata penyepian tidak terjadi gangguan dan berjalan lancar. Menurut dia, tahun ini umat dari lintas agama turut terlibat dalam pawai Tawur Agung Kesanga. Hal ini menjadi simbol rasa persatuan masyarakat meski berbeda keyakinan.

“Akhir-akhir ini, bangsa Indonesia terusik dengan berbagai isu agama yang memecah belah persatuan. Kami ingin menunjukkan di Banyumas, perbedaan itu justru menjadi alat pemersatu,” katanya. (NS/YS)

Tinggalkan Balasan