Purwokertokita.com – Banyumas memiliki sejumlah tokoh penting yang berprofesi sebagai dokter dan terlibat pada sejarah perjuangan kemerdekaan Indonesia. Sejumlah nama seperti dr Angka Prodjosoedirjo dan dr Goembrek, merupakan tokoh penting dalam kelahiran organisasi Boedi Oetomo.
Cerita ini lah yang disuguhkan melalui pameran keliling Museum Kebangkitan Nasional (Muskitnas) Jakarta di komplek Kantor Badan Koordinasi Wilayah (Bakorwil) III, Jalan Gatot Subroto 67, Purwokerto, 11-16 Maret 2019. Beragam tulisan tentang tokoh-tokoh dari Banyumas hingga peralatan kedokteran dipamerkan untuk mengenalkannya kepada generasi sekarang.
Kepala Seksi Pengkajian dan Perawatan Muskitnas, Nur Khozin mengatakan, Museum Kebangkitan Nasional, sejatinya terletak di Jalan Abdul Rachman Saleh No 26, Senen, Jakarta Pusat. Museum ini memanfaatkan bekas Sekolah Pendidikan Dokter Hindia atau School tot Opleiding van Inlandsche Artsen (STOVIA) yang berdiri sekitar tahun 1850-an.
“Sejarah berdirinya sekolah ini tak lepas dari peristiwa wabah penyakit menular di Banyumas sekitar tahun 1847, serta kebijakan politik etis,” kata Nur Khozin, Senin (11/3).
Bangunan sekolah STOVIA menjadi tonggak sejarah kelahiran organsasi Boedi Oetomo. Beberapa inisiatornya merupakan pelajar dari Banyumas yang masih berusia belasan tahun.
“Ada dr Angka Prodjosoedirjo yang menjabat sebagai bendahara Boedi Oetomo dan dr Goembrek yang menjabat sebagai Komisaris. Keduanya orang Banyumas,” tambah Nur Khozin.
Bahkan, ahli bedah pertama Indonesia, yaitu dr Margono Soekardjo, yang sekarang namanya diabadikan pada Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) adalah lulusan STOVIA.
“50 persen siswanya itu orang Banyumas dan cerdas-cerdas. Oleh karena itu, pameran kali ini mengangkat sisi tokoh dunia kedokteran yang berasal dari Banyumas,” ujarnya.
Menurut Nur Khozin, pameran ini sengaja ditempatkan di Purwokerto, pengelola museum ingin mengenalkan tokoh-tokoh Banyumas yang turut kiprah dalam sejarah perjuangan bangsa Indonesia.
“Sesungguhnya, pemuda dari Tlatah Penginyongan memiliki peran penting dalam mendorong kemerdekaan,” ungkapnya.
Khozin berharap, pameran ini menjadi inspirasi bagi para pelajar dan masyarakat umum. Kelak, mereka akan menjadi generasi cerdas yang mampu menjadi pemimpin di masa mendatang.
Adapun Purwokerto merupakan titik kedua setelah pameran keliling ini mengunjungi Kepulauan Seribu. Selanjutnya pameran akan digelar di Jambi, Surabaya dan Nusa Tenggara Barat.
Salah satu pengunjung pameran, Diva Artamevia, pelajar SMA N 1 Purwokerto, mengaku terkesan dengan pameran ini. Selain catatan sejarah yang menarik perhatiannya, dia juga penasaran dengan peralatan kedokteran yang digunakan pada masa penjajahan.
“Ternyata ada peralatan kedokteran, mulai tas, mikroskop dan beberapa alat yang saya tidak tahu untuk apa kegunaannya,” kata Diva yang duduk di kelas X IPS ini. (NS/YS)