Setelah 20 Tahun, ‘Layar Tanjlep’ itu Kembali

Komunitas179 Dilihat
Warga Dusun Ciampel, Desa Tayem Timur, Karangpucung, Cilacap menggelar doa bersama sebelum nonton bareng Layar Tanjlep Festival Film Purbalingga 2016 di jalan desa setempat, Minggu (1/5) malam.
Warga Dusun Ciampel, Desa Tayem Timur, Karangpucung, Cilacap menggelar doa bersama sebelum nonton bareng Layar Tanjlep Festival Film Purbalingga 2016 di jalan desa setempat, Minggu (1/5) malam.

Purwokertokita.com – Minggu (1/5) malam, suasana jalan desa di Dusun Ciampel, Desa Tayem Timur, Kecamatan Karangpucung, Cilacap begitu riuh. Tidak seperti biasa memang. Layar besar ukuran 5×6 meter terbentang persis di tengah jalan. Ya. Malam itu ada hiburan rakyat; Nonton Layar Tanjlep persembahan Cinema Lovers Comunity (CLC) Purbalingga.

“Ini seperti mimpi yang jadi kenyataan. Banyak yang tidak percaya kalau mau ada layar tanjlep (ada yang menyebutnya layar tancep). Ini hiburan rakyat paling populer dan terakhir ada di Dusun Ciampel tahun 90-an, 20 tahun yang lalu,” kata Koordinator Mardiyanto.

Bagi mereka yang di atas 25 tahun tentu layar tanjlep itu menjadi nostalgia. Sementara bagi anak-anak generasi milneium ketiga, jadi pengalaman baru. Maklum, mereka lahir lebih mengenal bioskop, ketimbang nonton film dengan layar lebar yang sering disebut misbar singkatan dari gerimis bubar.

“Bagi warga Ciampel ini sangat bermakna. Apalagi lokasi pemutaran film persis di lokasi yang sama 20 tahun yang lalu. Terima kasih sekali pada teman-teman CLC yang sudah berkenan mampir ke pelosok desa kami,” kata Mardiyanto yang juga Ketua RW VI itu.

Ada lima film pendek produksi Banyumas Raya dan luar kota yang diputar. Mulai dari Tikar Pandan (Kiki Ismawati, SMK Muhammadiyyah Majenang), Kenthongan (Wely Alfian, SMK Kutasari Purbalingga), Welit (Herika Juli Saputri, SMK Kawunganten), Tani Maju-Berdikari (MF Wafi) dan Neng Kene Aku Ngenteni Kowe (Jeihan Angga). Puncaknya, diputar film produksi 1991, Saur Sepuh IV; Titisan Darah Biru sutradara Imam Tantowi yang menjadi primadona pada zamannya.

“Layar Tanjlep ini kami awali dengan doa bersama, kirim doa untuk arwah leluhur. Ada 200 nama leluhur yang kita kirimi doa masing-masing setoran dari warga. Semoga ini bisa menjadi tontonan juga tuntunan sekaligus,” harapnya.

Direktur CLC Purbalingga, Bowo Leksono menjelaskan layar tanjlep merupakan salah satu program dalam Festival Film Purbalingga (FFP) 2016. Ada 18 titik yang akan disambangi dengan diawali dari Cilacap Barat tepatnya Dusun Ciampel, Desa Tayem Timur. “Dari 18 titik, hanya Dusun Ciampel yang tidak kita survei langsung,” katanya.

Selain jarak yang jauh, buta peta, infrastutkur di lokasi juga sempat membuat surprise crew Laskar Layar Tanjlep. Misalnya, jalan berkelok, naik turun curam hingga jembatan kecil yang membuat berdebar jantung ketika melintas. Beruntung, cuaca mendukung dan bisa dinikmati oleh masyarakat.

“Ya memang harus ada yang (susah lokasinya) sepeprti ini, ada tantangannya. Alhamdulillah berkat teknologi jadi terbantu dan sampai sini, tida kesasar ke Ciamis,” kata Bowo disambut tawa penonton. “Yang jelas filmnya lebih bagus daripada di televisi,” katanya.

Berikut cuplikan video nonton bareng layar tanjlep di Dusun Ciampel, Desa Tayem Timur, Karangpucung, Cilacap.

Tinggalkan Balasan