PURWOKERTOKITA.COM, PURBALINGGA – Festival Film Purbalingga (FFP) 2021 yang memasuki tahun ke-15 akan digelar pada 21 – 28 Agustus 2021. Namun karena pandemi Covid-19 belum usai, maka festival film yang merupakan program tahunan Cinema Lovers Community (CLC) Purbalingga ini digelar sepenuhnya secara daring.
Penonton dapat mengapresiasi program FPP 2021 melalui kanal youtube Misbar Purbalingga dan aplikasi zoom. Kanal youtube dipergunakan untuk program pembukaan dan malam penganugerahan, sementara aplikasi zoom meeting untuk program lainnya. Untuk mendapatkan tautan zoom dapat diperoleh dengan cara mendaftar melalui laman bit.ly/nontonffp2021.
“Pageblug Covid-19 yang memasuki tahun kedua ini belum menurun, malah sebaliknya. Untuk itu, kami memutuskan seluruh penyelenggaraan FFP secara virtual,” ungkap Direktur FFP Bowo Leksono.
Menurut Bowo, saat ini kita tidak bisa selalu menunggu kondisi membaik untuk menggelar kegiatan. “Kita yang harus menyesuaikan keadaan. Bagaimana agar program kerja tetap bisa berjalan, tanpa melanggar aturan yang ada,” ujar direktur CLC Purbalingga.
Seperti tahun lalu, program unggulan layar tanjleb keliling Banyumas Raya di FFP ditiadakan. Program utama kompetisi fiksi dan dokumenter pelajar setara SMA Banyumas Raya (Kabupaten Purbalingga, Banyumas, Cilacap, Banjarnegara, dan Kebumen), secara kuantitas sedikit menurun.
Ada 9 film fiksi dan 9 film dokumenter pelajar yang didaftarkan. Peran guru pembina ekstrakulikuler film sangat menentukan. Dari 18 film pelajar tersebut, terkurasi 6 film fiksi dan 5 dokumenter dan berkesempatan diputar, didiskusikan, dan dinilai dewan juri.
Programmer FFP Asep Triyatno mengatakan, program film pelajar favorit penonton yang tahun lalu sempat ditiadakan, pada FFP tahun ini kembali diadakan.
“Penonton akan memilih film favorit lewat aplikasi zoom meeting usai menonton film-filmnya,” tuturnya.
Pada program non-kompetisi, ada 31 film yang terkirim dari berbagai kota di Indonesia, seperti Tangerang, Jakarta, Cianjur, Tegal, Brebes, Semarang, Klaten, Wonogiri, Malang, Blitar, Banyuwangi, Gianyar, Sintang, dan Banyumas Raya sendiri.
Programmer FFP mengurasi 31 film fiksi, dokumenter, dan animasi menjadi 10 film untuk program non-kompetisi yang dijadikan dua program pemutaran. Ada program khusus pemutaran animasi dari Ark Animasi Studio Tegal.
Untuk program pemutaran dan diskusi focus on Ismail Basbeth yang kini rajin menyutradarai film panjang dan Chairunnisa sutradara perempuan berbakat. Mereka berdua juga dilibatkan sebagai juri kompetisi pelajar.
Program khusus lain, lanjut Asep, berupa bedah buku berjudul “Perlawanan Film-Film Banyumas terhadap Orde Baru” karya Muhammad Taufiqurrohman dkk, dosen FIB Unsoed Purwokerto.
“Ini buku pertama yang utuh berbicara soal perfilman Banyumas Raya,” jelasnya.
Selain pentas seni tradisi dan modern pada pembukaan dan malam penganugerahan, juga dipertahankan program penghargaan Lintang Kemukus bagi seniman tradisi dan modern. Penghargaan ini sebagai bentuk penghormatan pegiat film di Banyumas Raya kepada para seniman pendahulunya.
Tahun ini, FFP terus bekerja sama dengan Pemerintah Kabupaten Purbalingga. Selain itu juga didukung Pemerintah Provinsi Jawa Tengah dan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi.