Purwokertokita.com – Limbah serutan bambu atau limbah bambu lainnya bagi sebagian orang mungkin dianggap sebagai hal yang tidak ada harganya. Tapi tidak bagi Niko Aristiyanto (49), di tangan bapak satu anak ini limbah bambu disulap menjadi kerajinan relief yang bernilai ekonomi tinggi.
“Awalnya saya sering melihat orang di desa kalau mau menyalakan api di tungku dengan membakar serutan bambu. Dari situ saya muncul ide untuk memanfaatkan limbah serutan ini sebagai bahan membuat relief,” ungkap Niko, saat ditemui Purwokertokita.com, Sabtu (29/4).
Niko yang saat ini memiliki studio sendiri bernama Ris Studio Art, di Kelurahan Arca Winangun Purwokerto Timur, memang sudah sejak lama menekuni seni relief. Sebelum tinggal di Purwokerto bersama istrinya, dia pernah memiliki studio di Bali.
“Saat kejadian Bom Bali Dua, perekonomian masyarakat di Bali waktu itu sangat lemah. Sehingga saya harus memutar otak untuk mencari sumber penghasilan, saya main ke desa-desa dan menemukan ide untuk membuat karya relief ini,” katanya.
Semangat untuk bangkit menjadikan Niko bekerja keras untuk terus menekuni usahanya. Hasil karyanya ternyata memiliki peminat besar dari para turis Eropa.
“Di Eropa itu tidak ada bambu, sehingga orang-orang sana menyukai kerajinan dari bambu. Pemesan relief buatan saya ada yang dari Paris, Italia dan negara-negara lainnya,” sambungnya.
Setelah menetap di Purwokerto tahun 2010, Niko sering ikut pameran untuk mengenalkan hasil karyanya. Kini bukan hanya orang Eropa yang menjadi peminat hasil karyanya, masyarakat Indonesia pun banyak yang memesan relief dari limbah bambu ini.
“Satu relief biasanya saya buat selama satu bulan. Pernah membuat relief berbentuk gorila setinggi orang dewasa. Harga yang termurah itu kisaran Rp 300 ribu, kalau yang paling mahal saya pernah menjual dengan harga Rp 40 juta kepada orang Italia,” ujarnya.
Meski terbuat dari bahan limbah bambu, Niko menjamin hasil karyanya tetap awet. Dia punya cara sendiri untuk mengawetkannya.
“Bahan limbah bambunya direndam dulu untuk kekuatannya, lalu diberi pengawet bambu agar tidak kena rayap,” pungkasnya. (YS)