Cerita Mistis di Balik Pembabatan Hutan di Gunung Slamet

Lingkungan278 Dilihat
Titut Edi Purwanto, seniman dari Padepokan Cowong Sewu, mengajak masyarakat Banyumas untuk peduli pada alam dengan menggelar ritual “Banyu Suci Handayani”, Sabtu (25/03). (Yudi Setiyadi/Purwokertokita.com)

Purwokertokita.com – Pembabatan hutan untuk proyek Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) di Gunung Slamet yang berdampak pada keruhnya air sungai belasan desa di Banyumas, ternyata tidak hanya membuat masyarakat kesulitan air bersih. Kejadian ini juga telah mengusik penunggu Curug Cipendok, Cilongok Banyumas.

“Ada kejadian aneh di sini, beberapa orang pengunjung melihat ada pelangi pada malam hari. Pelangi itu ujungnya ada di Curug Cipendok dan berakhir di Taman Kuwung,” ujar Titut Edi Purwanto, pengelola Agro Karang Penginyongan, beberapa waktu lalu.

Dari penglihatan batin Titut, ia melihat peri penjaga curug yang bernama Nyi Sudem mengungsi ke Taman Kuwung.

Titut menceritakan, kaki Nyi Sudem belepotan penuh lumpur. “Ia menangis sedih. Tempatnya kini sudah tak nyaman lagi untuk ditinggali. Nyi Sudem sedang mengungsi,” katanya.

Tangisan Nyi Sudem merupakan perlambang tangisan alam yang kini sedang dirusak. Pembabatan hutan dan pengeprasan bukit membuat air tak lagi bening.

Menurut Titut, keruhnya air sungai belasan desa di Banyumas mencerminkan ketamakan manusia dalam memanfaatkan alamnya. “Air sungai yang keruh mencerminkan sifat tamak manusia yang tidak bisa menjaga mandat Tuhan untuk menjaga alam,” ujarnya. (YS)

Tinggalkan Balasan