PURWOKERTOKITA.COM, CILACAP – Upaya pencarian korban tertimbun material longsor di Dusun Tarukahan dan Dusun Cibuyut Desa Cibeunying Kecamatan Majenang Kabupaten Cilacap masih berlanjut hingga hari kelima, Senin (17/11/2025). Data terbaru menyebut, Tim SAR gabungan menemukan tiga orang korban sehingga menyisakan tujuh orang yang masih dalam proses pencarian.
Muhamad Abdullah, SAR Mission Coordinator (SMC) menyebutkan pencarian hari kelima ini tim SAR gabungan menggunakan 5 metode pencarian. Yaitu menggunakan drone thermal, menggerakkan anjing pelacak, alkon (pompa air), ekstrikasi modern dan manual, serta menggunakan alat berat.
Pembagian worksite masih seperti hari sebelumnya, yaitu pencarian pada 4 worksite, A1 dan A2 di Dusun Cibuyut serta B1 dan B2 di Dusun Tarukahan.
“Modifikasi cuaca juga sudah dilakukan oleh BNPB sejak hari kemarin, sehingga kemarin sore disekitar lokasi kejadian tidak turun hujan. Dan hari ini cuaca terpantau cerah, mudah-mudahan bisa memaksimalkan pencarian hingga seluruh korban dapat segera ditemukan,” ujarnya.
Dikutip dari laman resmi Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), teknologi modifikasi cuaca pada dasarnya dilakukan untuk mem-premature-kan kejadian hujan yang seharusnya secara alami turun di daerah target, potensi awan hujan dijatuhkan di luar target sehingga dapat mengurangi intensitas hujan di daerah target.
Hal itu dilakukan dengan memicu potensi awan hujan yang ada di atmosfer dengan menebar garam ke dalam awan hujan, sehingga bisa turun menjadi hujan di tempat tertentu yang diinginkan sesuai kebutuhan dan tujuan.
“Yang patut dicatat dan dipahami TMC ini meski orang mengenal dengan hujan buatan, tapi kami tidak bisa membuat hujan. Kalau kami diminta melakukan operasi TMC untuk mengisi waduk pada saat musim kemarau yang dalam kondisi kering dan tidak ada potensi awan, kami tidak bisa melakukan apa-apa, ini yang kita sampaikan terutama kepada stakeholder,” ujarnya dilansir dari laman brin.go.id.
Dalam melakukan operasi TMC, lanjut Harsoyo, pihaknya bekerjasama dengan BMKG dan TNI AU. BMKG berperan terutama dalam men-supply data dan informasi cuaca, awan dan arah angin. Sedangkan TNI AU menyediakan armada pesawat, khususnya untuk operasi TMC yang bertujuan dalam mitigasi bencana.
Biasanya radar cuaca BMKG menginformasikan keberadaan awan target dan arah kekuatan angin ke pilot. Kemudian pesawat Casa yang membawa muatan garam (NaCl) akan menyemai awan hujan target, dimana posisi pesawat selalu berada di antara arah angin dan awan hujan target.
“Hujan sebisa mungkin diturunkan sebelum awan tiba di daerah target, sehingga intensitas hujan di daerah target berkurang,” kata Harsoyo.
Harsoyo menambahkan, teknologi modifikasi cuaca sebenarnya sudah mulai dikembangkan dengan metode penyemaian dari darat melalui menara Ground Based Generator (GBG). Namun sejauh ini baru bisa diimplementasikan untuk pengisian waduk.
Hal ini karena menara ditempatkan di daerah topografi tinggi dan menggunakan bahan semai dalam bentuk flare yang dibakar dengan berisi garam KCL, fungsinya untuk menambah inti kondensasi jika dimasukan ke dalam awan.
“Memang ada kelebihan dan kekurangan. Kelebihan Menara GBG ini biaya operasional lebih murah dan dapat beroperasi 24 jam. Tapi kekurangannya sifatnya statis, jadi operasi TMC hanya bisa dilakukan saat ada awan yang mendekat ke menara saja,” katanya.






