BRT Siap Beroperasi di Purwokerto, Ini Lokasi Halte dan Tarifnya

Bisnis790 Dilihat
Pekerja memasang halte BRT di jalan Gatot Subroto, Purwokerto, baru-baru ini. (NS/Purwokertokita.com)

Purwokertokita.com – Bus Rapid Transit (BRT) siap beroperasi pada akhir Juli ini atau awal Agustus mendatang. Koridor I rute Purwokerto-Purbalingga dan sebaliknya, menyiapkan 14 bus. Di mana tujuh bus untuk arah Purwoketo-Purbalingga, dan tujuh bus dari Purbalingga-Purwokerto.

Penyediaan shelter untuk halte yang menunjang operasional BRT wilayah Barlingmascakeb koridor I juga sudah disiapkan di 43 lokasi dari pemerintah Provinsi Jawa Tengah. Di mana 23 berada di wilayah Purwokerto dan 20 di Purbalingga.

“Ada tiga hal yang kami perhatikan pada penempatan shelter, yaitu di lokasi sekolah, perkantoran, dan pemukiman,” ujar Kepala Seksi Angkutan Dinas Perhubungan (Dinhub) Kabupaten Banyumas, Taryono, Sabtu (21/7).

Penempatan shelter halte BRT di wilayah Purwokerto ada dua arah. Pada arah Purwokerto-Purbalingga ada tujuh halte di Terminal Bulupitu, SBPU Candi Mas, Depo Pelita, SMP N 1 Sokaraja, Simpang empat Klenteng, SMA N 1 Sokaraja, dan Batas Kota Jompo.

Sedangkan dari arah Purbalingga-Purwokerto di SMA N 1 Sokaraja, Rumah Sakit Orthopedi, Rumah Sakit Margono Soekarjo, Simpang empat Pancurawis, Simpang empat Karangbawang, Andhang Pangrenan, Bioskop Rajawali, Radio RRI, Rita Supermall, Pasar Manis, SMP Bruderan, SMA N 1 Purwokerto, Bank Mandiri, Bioskop Rajawali, Andhang Pangrenan, dan Simpang empat Karangbawang.

Bus tersebut berkapasitas 40 orang, yang terbagi 20 tempat duduk dan 20 fasilitas pegangan untuk penumpang yang berdiri. Taryono menuturkan, kapasitas tersebut disesuaikan dengan kapasitas penggabungan angkutan kota menjadi satu bus.

Selain dari Pemerintah Provinsi Jawa Tengah, Taryono menambahkan, dari Pemerintah Kabupaten Banyumas dalam hal ini Dinas Perhubungan, juga menyumbang empat shelter. Untuk penempatan lokasinya masih dibicarakan.

“Semua shelter masih portabel karena masih dalam tahap percobaan, dan kami juga bekerjasama dengan pihak swasta jika ingin menambah shelter,” katanya.

Sementara itu, tarif yang ditentukan pun sangat terjangkau, karena ada subsidi dari pemerintah provinsi. Untuk pelajar atau mahasiswa Rp 2 ribu, serta tarif masyarakat umum Rp 4 ribu.

Taryono pun menjelaskan, pihaknya tidak serta merta membiarkan angkutan kota yang sudah ada jadi terbengkalai. Sebab diadakan penggabungan empat angkutan kota menjadi satu bus, dan tiga bus sedang menjadi satu bus untuk BRT.

“Supir dan pengusaha angkutan juga kami libatkan dalam pengelolaan operasional BRT,” tuturnya. (NS/YS)

Tinggalkan Balasan