Purwokertokita.com – Ratusan warga Desa Jetis Kecamatan Nusawungu Kabupaten Cilacap mengarak gunungan hasil bumi, 100 tenong (bakul bundar) dan 1 jolen atau rumah-rumahan sesaji berisi tiruan kepala kerbau sebagai ungkapan syukur pasca panen dalam gelaran Merti Bumi, Jum’at (31/3).
Mereka berjalan sekitar tiga kilometer dari kantor Desa Jetis menuju petilasan Panembahan Suranegara di Dusun Mertangga. Di petilasan ini secara khusus ditanggap ronggeng sebagai bagian ritus kesuburan (agricultur ceremonies) yang juga di masa silam menjadi kegemaran kesenian dari Suranegara.
Suharno, Ketua Desa Wisata mengatakan, gunungan, tenong, dan ronggeng merupakan ritual acara sedekah bumi yang sudah dilakukan selama ratusan tahun. Acara sedekah bumi ini memang dilakukan setiap tahun usai panen raya dengan memilih waktu pelaksanaan pada hari Jum’at kliwon.
Tujuannya, seperti yang secara turun temurun diajarkan para leluhur pengikut Suranegara, sedekah bumi bentuk berbakti kepada Tuhan pemilik alam semesta.
“Ini bentuk ungkapan rasa syukur kami. Dulu memang selamatan merti bumi dilakukan secara tertutup. Tapi sejak tahun 2017 ini, seiring Dusun Mertangga diproyeksikan menjadi desa wisata religi, kami laksanakan selamatan lebih luas,” kata Suharno, Jum’at (31/3) usai acara selamatan.
Sehari sebelum selamatan merti bumi dilaksanakan, diceritakan Suharno, warga dari dari tiga dusun di Desa Jetis, yakni Mertangga, Jetis dan Sikudi masing-masing menyembelih kerbau. Daging kerbau ini lantas menjadi lauk di dalam tenong yang berisi sayur mayur hasil masakan masing-masing warga.
Di petilasan saat acara ritual selesai, tenong yang dibawa warga saling ditukar dan mereka makan bersama sebagai bentuk kenduri.
“Tenongan ini cara kami melestarikan gotong royong,” ungkapnya.
Di sela-sela selamatan merti bumi, di sisi barat petilasan disiapkan panggung untuk pertunjukan ronggeng. Dua penari berselendang hijau membawakan dua tarian, yakni Sekar Gadung sebagai pembuka selamatan dan tarian eling-eling sebagai penutup selamatan.
Sepanjang acara yang kurang lebih memakan waktu 2 jam selamatan berjalan hikmat, dan setiap warga merasakan hasil bumi peluh keringat para petani yang menegaskan bahwa sawah dan kebun di Desa Jetis masih menjadi sumber ekonomi utama sekaligus sikap kerohanian warga.