Purwokertokita.com – Setelah kesulitan memasuki istana, akhirnya iring-iringan pengawalan Jenderal Soedirman pun memasuki istana kepresidenan. Namun sayang, Jenderal Soedirman tidak diperkenankan menemui Presiden Soekarno yang saat itu sedang menggelar rapat dengan pejabat menteri di dalam ruang rapat istana.
“Saat itu, Pak Dirman sempat meminta dipapah keluar bangunan istana dan berada di taman, menyaksikan pesawat bomber menembak membabi buta. Pak Dirman sempat marah melihat kondisi itu, hingga akhirnya, ia memanggil Noli (panggilan Cokropranolo) kembali menuju Bintaran timur,” jelas Abu Arifin.
Saat itu Soedirman meminta Noli untuk kembali ke rumah dinas dan membakar semua dokumen. Selain itu, Noli diminta untuk mengantar istri dan anak-anak Soedirman ke dalam benteng keraton. “Perintah itu kemudian dilakukan Noli dan setelah selesai melakukan tugasnya, Noli kembali dan melapor kepada Pak Dirman. Setelah itu, Pak Dirman memutuskan kembali ke rumah dinas di Jalan Bintaran Timur,” ujarnya.
Sesampainya di rumah, Jenderal Soedirman membuat keputusan penting, yakni menyingkir keluar kota Yogyakarta bersama pasukan pengawalnya untuk perang gerilya. Keputusan spontan ini membuat kaget beberapa pasukannya. Namun, keputusan tersebut menurut Abu Arifin diterima anggota pasukan yang menjadi pengawal Jenderal Soedirman. “Karena saat itu terdengar kabar, Pasukan Belanda dibagi dua. Kedua pasukan tersebut bertugas menangkap Soekarno dan memerintahkan menangkap Soedirman, baik hidup atau mati,” jelas Abu yang mengenakan kacamata.
Uwin Chandra