Siswa SD Puhua Purwokerto Luncurkan Buku dalam Drama Musikal yang Memanfaatkan Barang Tak Terpakai

Hidupkan Semangat Hari Pahlawan

Peristiwa233 Dilihat

PURWOKERTOKITA.COM, BANYUMAS – Sekolah Dasar Tiga Bahasa Putera Harapan atau Puhua School menggelar pertunjukan drama musikal yang dipersembahkan oleh ratusan siswa siswi SD Puhua. Acara bertajuk Book Week Art Showcase : “Celebrating Student Talent 2023” ini mengangkat setiap bakat anak dalam pertunjukan Drama Musikal yang diisi tarian dan nyanyian. Acara ini dibuka dengan pertunjukan barongsai, paduan suara, puisi, dan tari mandarin.

Tema yang diangkat dalam acara ini adalah Turning a Vision into an Action. Makna tema ini ialah mengubah visi/pandangan yang selama ini ada dalam imajinasi anak-anak menjadi aksi nyata sekaligus membawa semangat kepahlawanan dalam peringatan Hari Pahlawan 10 November 2023.

“Kegiatan ini sebetulnya merealisasikan ide dalam imajinasi anak-anak yang sepenuhnya terinspirasi dari tema nasional Hari Pahlawan 2023 yaitu memerangi kemiskinan dan kebodohan dengan fokus utama berkarya melalui literasi dan pemanfaatan barang bekas sebagai dua hal yang menjadi poin utama pendidikan di sekolah Puhua,” ujar Yohanes Tri Cahyadi BSc SPd MPdK, Kepala SD Puhua.

Bangun Dekorasi Panggung dari Daur Ulang Barang Bekas

Keunggulan drama musikal ini ialah setiap bagian dekorasi atau propertinya menghadirkan platform kreatif yang unik. Salah satunya menyerukan pemakaian ulang barang tak terpakai yang mengangkat isu pengelolaan sampah.

Caranya dengan terus berkarya namun mengurangi potensi timbunan sampah baru di lingkungan sekitar dalam setiap aktivitas yang dilakukan sehari-hari.

“Kami ingin menyampaikan pesan melalui “responsible event/show” seperti ini sebuah kegiatan/acara dapat berdampak lingkungan, salah satunya sampah yang menumpuk,” tutur Maulina Adzkiyah SPd, Ketua Panitia Book Week Art Showcase sekaligus Guru Bahasa Inggris SD Puhua yang akrab disapa Miss Nana oleh murid-muridnya ini.

Maka dari itu dekorasi panggung drama musikal yang dibawakan ratusan siswa kelas 1 sampai 6 SD Puhua ini dibuat dari barang tak terpakai atau rusak lalu disortir. Properti fashion show memanfaatkan pipa bekas. Lalu panggung didekor dengan barang-barang yang diambil dan dipilah dari gudang sekolah, lalu dipoles atau desain ulang.

Misalnya drama yang dimainkan siswa kelas 6 memanfaatkan properti perahu yang dibuat dari karton dan dus bekas televisi yang dipotong, cat, dan disambung dengan teknik tempel-ikat. Sedangkan kain gorden yang sudah bolong, tas anyaman rusak, dus sisa kemasan, serta karton yang sudah tak terpakai dirancang semirip mungkin dengan nuansa ombak dan jaring nelayan.

Di panggung juga dibangun pendopo hasil daur ulang dari properti yang teronggok di gudang sekolah. Semua barang bekas ini dibersihkan, dipotong, didesain, dan dirangkai ulang hingga dicat kembali menjadi properti panggung sesuai tema naskah drama.

Lalu ada lagi alat musik perkusi yang dimainkan anak-anak dengan memanfaatkan galon dan ember bekas hingga sisa tutup botol berbahan logam lengkap dengan botol kaca bekas pakai yang sudah dicuci. Kemudian dirancang jadi satu harmoni musik perkusi yang boleh dibilang kreatif sekaligus inspiratif. Grup ini dimainkan oleh siswa kelas 4 dalam lagu berjudul Believer.

Luncurkan Buku di Tengah Drama Musikal

Dalam pertunjukkan drama musikal berlatar panggung dari rangkaian barang bekas tak terpakai ini terselip rangkaian pesan inspiratif. Drama musikal ini berkisah penduduk sebuah pulau yang bangkit dari keterpurukan dengan bergerak bersama dua scientist yang terdampar, lalu bergotong royong mengolah ulang sampah dan barang tak terpakai, hingga menumbuhkan semangat membaca buku untuk membangun kembali mimpi warga pulau tersebut.

Buku yang dimaksud dalam drama ini sekaligus menjadi puncak acara Book Week yang diluncurkan di tengah adegan cerita pementasan dengan dimunculkan dan diperankan langsung adegannya oleh Drs H Sujiman MA selaku Pengawas SD Korwilcamdindik Purwokerto Selatan mewakili Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Banyumas, Drs H Joko Wiyono MR MSi karena tidak bisa hadir langsung pada peluncuran buku karya siswa SD Puhua.

Peluncuran buku dilakukan dengan cara unik di tengah drama musikal dan menjadi bagian dari naskah cerita drama. Buku ini berisi 38 cerita yang ditulis 38 siswa SD Puhua kelas 6 SD sebagai bagian dari proyek Bahasa Indonesia di bawah bimbingan guru Bahasa Indonesia Ardiyah Gondorini SSos MPd. Buku ini adalah buku ke-2 yang diterbitkan siswa kelas 6 SD Puhua setiap tahun.

Dalam kesempatan terpisah, Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Banyumas, Drs H Joko Wiyono MR MSi mengatakan literasi adalah upaya yang harus digalakkan.

“Karena literasi ini bisa dikatakan sebagai upaya pencerdasan seseorang yang mampu membentuk bangsa agar dapat beradaptasi dengan perkembangan dan dinamika zaman,” katanya.

Ia juga menambahkan, mulai membiasakan anak-anak gemar menulis meski tulisan pendek sekalipun dapat menjadi upaya nyata pengkondisian pembentukan mental anak untuk melek literasi.

Dari puluhan kisah dalam buku karya siswa yang mengambil berjudul besar “Imajinasi dan Mimpiku” ini terdapat pesan inspiratif yang diangkat langsung ke dalam kisah drama musikal antara lain diambil dari ide tulisan berjudul Percaya Diri karya Elizabeth, Persahabatan yang Setia karya Raras, Teman Masa Hidupku karya Ibrahim, dan Impian Mila karya Jason Edward.

“Jadi drama ini benar-benar berisi pesan inspiratif dari karya yang ditulis anak-anak dalam buku yang diluncurkan sekaligus di tengah kisah drama musikal ini,” ujar Ari Yulian SPd, Hilda Pamela SPd, dan Cikita Zulvianti Pradini SPd, bersamaan. Mereka adalah tiga guru yang kompak berperan menata dialog dan narasi setiap babak cerita drama musikal ini.

Tentang Book Week dan Pendidikan Literasi di Sekolah 3 Bahasa Putera Harapan/Puhua School

Pantang mengabaikan imajinasi dan pandangan (vision) anak, mengasahnya, menajamkan, memantik, hingga melahirkan karya nyata (action) adalah tujuan program tahunan Book Week ini lahir di Puhua School. Menumbuhkan daya imajinasi anak adalah kunci pendidikan berbasis literasi di Puhua. Di sekolah ini setiap anak sejak dini dipantik agar mampu memahami konteks narasi sesuai jenjang usianya melalui kurikulum terintegrasi berbasis bacaan.

“Tujuannya agar antara anak dan bahan bacaan memiliki kedekatan yang lekat melalui berbagai metode ajar modern sekaligus dinamis,” ujar Yohanes Tri Cahyadi, Kepala Sekolah SD Puhua.

Hasilnya adalah sebuah buku cerita dengan kisah imajinatif dan kreatif serta begitu genuine (asli) dan jujur keluar dari setiap pemikiran anak. Bahkan buku berjudul Imajinasi dan Mimpiku ini dapat membuat kita hanyut dalam kisah-kisah lucu, sedih, hingga tertawa, dan berempati saat membacanya.

Anak dalam proses pendidikan di Puhua School adalah entitas otonom yang memiliki keistimewaan sendiri-sendiri sebagai berkat Tuhan yang nyata dan harus lahir kembali dalam versi terbaiknya melalui pola pendidikan yang humanis.

Puhua School menyadari hal ini bahkan sejak anak usia dini. Saat kami mengajak siswa membukukan karya mereka, setiap imajinasi dalam 38 cerita asli anak-anak ini menjadi begitu bermakna.

Ide cerita awal dipantik melalui pelajaran Bahasa Indonesia di semester dua saat anak-anak ini masih di kelas 5 SD. Membangun cerita menjadi langkah awal Ibu Ardiyah Gondorini pemangku pelajaran ini membuka cakrawala anak mengenali kemampuan mereka. Yang tidak bisa menulis, diajak menggambar.

Yang tidak punya ide, diajak menyelami pengalaman pribadi mereka. Yang idenya luas dan banyak, diajak merangkai struktur logika berbasis nalar logis.

Anak-anak diajak memulai langkah pertama mereka menggurat tulisan maupun gambar sesuai dengan imajinasi yang dikembangkan melalui berbagai metode ajar. Kepercayaan diri dibangun melalui kesempatan dan ajakan berani memulai dari nol tanpa takut salah sedikitpun.

Hasilnya selama satu semester setiap anak di kelas 6 Puhua Primary (SD) angkatan 2023-2024 ini menorehkan puluhan imajinasi apik dengan gaya bahasa khas anak. Kisah asli karya anak, serta kejujuran yang terbalut dalam logika terstruktur yang cukup baik di usia mereka serta membawa pesan moral yang mereka inspirasikan dari berbagai nilai dan budi baik dari perilaku sehari-hari sebagai kebiasaan yang ditanamkan di sekolah. Jika ada kesulitan dalam proses menulis, anak-anak kerap bertanya dan beropini.

“Secara terbuka dan fasih anak-anak mendiskusikan alur, bahkan pilihan kata yang mereka sematkan sesuai dengan rasa bahasa yang ingin mereka sampaikan. Hasilnya begitu mengharukan. Puluhan anak-anak ini berhasil membuktikan bahwa menulis bisa dilakukan siapa pun asalkan mau dan berusaha. Tak ada bakat yang benar-benar terpendam, dan tak ada peluang yang tak bisa diwujudkan hingga menjadi kenyataan,” tutur Ardiyah Gondorini, Guru Bahasa Indonesia yang membimbing siswa mewujudkan terbitnya karya buku ini.

Literasi bagi para pendidik di Puhua School tak sebatas persoalan keterampilan baca-tulis belaka. Di dalamnya para guru menyematkan sebuah mimpi agar siswa mampu membuka mata serta hatinya untuk selalu bersahabat dengan buku, memahami isinya, mampu bercerita ulang, berani beropini, bahkan mampu menggali lebih dalam atas sebuah fakta.

Proses literasi sebetulnya berada di titik penting ini. Terbentuknya karakter kepribadian siswa yang kuat, tak mudah dipengaruhi atau diprovokasi, dan memiliki kecerdasan intelektual berbekal rasa ingin tahu atau mencari tahu lebih dalam atas informasi yang diterimanya sebagai sebuah tujuan substansi pendidikan literasi di Puhua School.

Menulis adalah salah satu medium untuk mencapai hal tersebut. Karena di dalam menulis ada banyak proses pengembangan diri dan pikiran yang membentuk sebuah wawasan mampu berkembang pesat melalui berbagai metode pencarian. Antara lain dimulai dari pertanyaan what, who, where, when, why, dan how. ***

Tinggalkan Balasan