Ngaji Jumat : Biasakanlah Berdialog

Rehat149 Dilihat
KH Zuhrul Anam Hisyam atau yang karib disapa Gus Anam, saat menjadi pembicara dalam sebuah acara. (Purwokertokita.com/Istimewa)
KH Zuhrul Anam Hisyam atau yang karib disapa Gus Anam, saat menjadi pembicara dalam sebuah acara.
(Purwokertokita.com/Istimewa)

Purwokertokita.com – Pengasuh Ponpes Attaujieh Al Islami 2, KH Zuhrul Anam Hisyam mengutip Kitab Al Islam wa al Akhor, karya Syaikh Ahmad Al Juhaeni dan Syaikh Muhammad Mustofa. Ada delapan (8) prinsip yang harus dipegang ketika melakukan dialog dengan orang lain. Ini berlaku secara umum, terlebih dialog seputar persoalan agama, agar kita mendapat ‘keuntungan’ dan bisa berdialog dengan penuh kemaslahatan.

“Dialog itu harus dilakukan. Apalagi, akhir-akhir ini banyak perdebatan yang tanpa ujung. Informasi dunia maya yang tidak bisa dipertanggungjawabkan. Apalagi menyangkut persoalan agama. Jangan sungkan berdialog, belajar,” kata KH Zuhrul Anam Hisyam.

Berikut, delapan butir prinsip sebagaimana dibacakan Gus Anam :

1. At Tasamuh al Fikr : yakni sikap toleransi dalam pemikiran. Artinya, kita tidak bisa memaksakan pemikiran atau pendapat kita pada orang lain. Sebaliknya, kita juga harus menghormati pendapat orang lain
2. An Nadzru ila al Qauli la ila Qaailihi : melihat apa (materi) yang dibicarakan, bukan melihat siapa yang berbicara. Poin kedua ini sebenarnya sudah cukup populer, seperti maqolah Arab kuno: “Undzur ma qala, wala tandzur man qala”. Ini sekaligus pesan dan prinsip agar tidak mudah meremehkan orang lain.
3. Al ‘Itiraafu bi al Khatha’ : Berani (gantleman) mengakui kesalahan. Ini merupakan prinsip yang berat karena harus melawan ego personal. Ini sekaligus sejalan dengan prinsip musyawarah, dan diskusi.
4. At Tarhib bi Naqdi al Akhar : terbuka pada kritik, saran, masukan dari pihak lain. Secara prinsip masih satu paket dengan poin ketiga. Intinya sama, harus melawan ego personal.
5. An Naqdu adz Dzati : melakukan otokritik, atau dalam istilah sederhana mengoreksi diri sendiri. Sebenarnya, ini bisa dipahami sebagai buah dari poin-poin sebelumnya, maka akan lahir kerendahan hati dan sikap otokritik.
6. Thalabu an Nushhi wa at Taqwim min al Akharin : meminta nasihat dan pendapat (yang berisi koreksi atau pembenaran) dari orang lain. Ini merupakan sikap berbesar hati, masih rangkaian buah dari sikap rendah hati sehingga mudah menerima nasihat atau masukan dari orang lain.
7. At Tanaazul an Ba’dhi al Ara’ al Juz’iyyat li Jami’i al Kalimat : mengalah pada persoalan parsial (tidak inti), demi mengupayakan keutuhan atau kemashlahatan pada kerangka yang lebih besar.
8. Ar Raghbah fi al Istifadah mimma ‘Inda al Akhar : mengambil faedah atau hal-hal positif yang dimiliki oleh pihak lain.

 

Tinggalkan Balasan