Purwokertokita.com – Ibadat berjalan khidmat ketika visualisasi Maria dan Yosef membawa bayi Yesus ke altar dimulai. Umat menyalakan lilin, tanda dimulainya perayaan, sementara pemimpin ibadat dan para petugas menuju sudut kiri altar yang berhias pohon bunga Sakura setinggi tiga meter, pohon Natal dan kandang domba.
Gereja Katedral Kristus Raja Purwokerto nampak berbeda, dekorasi altar pada Minggu (24/12) malam, penuh dengan nuansa Jepang. Pohon Sakura berukuran cukup besar dan kalimat dalam Bahasa Jepang yang berarti “Kemuliaan bagi Allah di Tempat Yang Maha Tinggi”, menarik perhatian sebagian besar umat yang datang.
“Tahun ini perayaan Natal cukup unik. Rasanya seperti sedang ibadat di Jepang,” ujar Anastasya Angelina (22), salah satu umat yang hadir.
Romo Paroki Katedral Kristus Raja, RD Bonifasius Abbas mengatakan, dekorasi ala Jepang dengan bunga Sakura yang menjadi bagiannya, merupakan simbol totalitas cinta kasih Yesus kepada manusia.
“Ketika mekar, Bunga Sakura tidak meninggalkan satu daun pun. Semua bunga berwarna pink. Ini menjadi simbol totalitas cinta kasih Yesus kepada manusia,” katanya.
Bonifasius menjelaskan, daun dan bunga pohon Sakura merupakan buatan tangan. Dibuat dengan menggunakan lebih dari 7.000 imitasi bunga yang digunting sendiri sejak bulan Oktober. Selain mengekspresikan cinta kasih, bunga ini juga menjadi simbol kegembiraan umat menyambut datangnya kelahiran Yesus Kristus.
Menurut dia, proses mewujudkan cinta kasih tidak ada yang berjalan instan. Yesus pun harus jatuh bangun untuk mewujudkan cintanya kepada manusia.
“Dia juga harus lahir di kandang domba karena tidak mendapat penginapan ataupun rumah bersalin,” tambahnya. (NS/YS)