Purwokertokita.com – Utut Maulawastu (59), nampak terengah-engah setelah menyelesaikan repertoar bertajuk “Sebentar Hayat Dikandung Badan” saat tampil pada Purwokerto Pantomime Series (PPS) 2017, Sabtu (23/12) lalu.
Adegan kelahiran yang dia tampilkan membuat penonton yang hadir di lapangan parkir Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah Purwokerto, berdecak kagum. Mereka tertegun dengan keluwesan dan kemampuan olah tubuh mimer (sebutan seniman pantomim) asal Wonogiri itu.
Pakdhe Utut, karibnya, pada usianya yang sudah separuh baya, mampu merampungkan cerita berdurasi 7 menit itu.
“Sebenarnya repertoar ini cukup panjang. Ada beberapa adegan yang saya potong. Seperti waktu menginjak anak-anak, dan remaja. Langsung saya singkat menuju dewasa dan akhirnya melepas raga,” tuturnya.
Repertoar Utut ini mengisahkan perjalanan hidupnya. Sejak dilahirkan, hingga menanti usia senja. Dia menggunakan berbagai simbol seperti jemari yang menirukan kepakan burung saat hendak meninggal.
Sebelum mimer senior itu menjadi pamungkas, pagelaran dibuka dengan aksi grup lawak Banyumasan “Disis” dan M Fahmi alias Melinjo. Lalu mimer muda, Dimas Fuad Ramadhan, menampilkan repertoar “My Self” yang menggambarkan kebingungan seorang pemuda saat meraba masa depan.
Pegiat pantomim di Purwokerto mementaskan dua repertoar sekaligus. Pertama berjudul “Slamet” yang menggambarkan keresahan masyarakat terhadap aktivitas eksplorasi Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) Baturraden yang menuai pro kontra akhir-akhir ini. Repertoar kedua bertajuk “Night Before Fire” yang bercerita sosok ibu yang kehilangan anaknya karena perang.
Tak ketinggalan, mimer asal Bojonegoro, Takim Tok Gito-gito mengocok perut penonton dengan repertoar singkat bertajuk “Alasan”.
Menurut Ketua Panitia, Nur Hidayat, sebagian besar naskah ditulis dengan tema ”Menebar Cinta Tanpa Kata”. Mereka memaknai cinta itu dalam peristiwa yang lebih besar. Tidak hanya hubungan asmara, tapi juga kehidupan sehari-hari.
“Ada tentang matahari yang menyinari bumi dan air yang menyuburkan tanah dan tumbuhan, cinta kasih seorang ibu kepada anaknya, sampai merawat tanaman dan memberi makan hewan peliharaan. Itulah tanda cinta tanpa harus diucapkan,” katanya. (NS/YS)