Berada di Tengah Jalan, Makam Ragasemangsang Menyimpan Beragam Misteri

Ragam414 Dilihat
Makam Ragasemangsang yang berada di tengah Jalan Ragasemangsang, dua ratus meter di sisi timur Alun-alun Kota Purwokerto sampai saat ini keberadaannya masih menjadi misteri. (YS/Purwokertokita.com)

Purwokertokita.com – Sebuah bangunan makam berukuran 1,5 x 2 meter berdiri ganjil di tengah jalan pertigaan, dua ratus meter di sisi timur Alun-alun Kota Purwokerto. Berada tak jauh dari Kantor Bupati Banyumas, di wilayah Kelurahan Sokanegara Kecamatan Purwokerto Timur, warga sekitar menyebutnya Makam Ragasemangsang.

Selama ini tak banyak orang yang tahu rahasia di balik keberadaan makam tersebut. Meski tak diketahui pasti kapan keberadaannya dan bagaimana latar belakangnya, konon jasad seorang lelaki disemayamkan di tempat itu dengan kisah kematian yang tak lazim.

Ada beragam versi cerita yang menyebar dari mulut ke mulut. Kisah-kisah itu terentang dari zaman para raja sampai revolusi kemerdekaan Indonesia. Kesamaan versi satu dan yang lain, jasad yang terkubur dalam makam tersebut mengalami kematian tragis digantung di atas pohon.

Kepala Bidang Kebudayaan Dinporabudpar Kabupaten Banyumas, Deskart Sotyo Jatmiko menuturkan, lelaki yang dikubur di kuburan itu adalah Ragasemangsang, yang merupakan tokoh jahat mempunyai kesaktian Aji Pancasona sehingga kebal dari segala jenis senjata.

Singkat cerita, tokoh jahat ini dikalahkan oleh Kyai Pekih yang mengetahui kelemahan Ragasemangsang dengan cara digantung.

“Ada juga yang mengatakan itu makam Kamandaka. Tapi versi ini tidak banyak dipercayai,” ujarnya saat ditemui tim Purwokertokita.com, Selasa (16/1).

Menurut Deskart, ada beragam cerita yang berkembang di masyarakat, mengingat posisi makam yang berada persis di pusat kota, cerita paling benar mungkin putus sebab laju perpindahan penduduk di pusat kota cenderung tinggi. Modernisasi ia sebut telah memutus ingatan.

“Tidak mudah untuk merekontruksi kebenaran yang senyata-nyatanya terjadi, orang-orang yang tinggal awal mula di daerah Sokanegara itu mungkin sudah tidak ada. Sampai kini ya memang misterius asal mulanya bagaimana,” katanya.

Versi cerita lain tentang kisah di balik makam Ragasemangsang dituturkan oleh Karto Suwito (73), Ketua RT 3 Rw 5 Sokanegara. Karto Suwito telah tinggal di Sokanegara sejak tahun 1962.

Menurut Karto, ada dua versi cerita yang dia ketahui. Cerita pertama, makam tersebut dipercaya kuburan dari seorang pejuang yang melawan serdadu belanda seorang diri. Pejuang tak dikenal itu, konon kebal dari segala jenis senjata dan tajamnya pelor. Tapi ia punya kelemahan, bakal tewas kehilangan kekebalan jika dibunuh dengan keadaan digantung.

Akhirnya, serdadu kolonial Belanda yang berjumlah banyak berhasil meringkus pejuang tersebut setelah mengetahui kelemahan. Pejuang itu lalu digantung di pohon beringin alun-alun dan disiksa sampai berhari-hari.

Tewas dengan menggenaskan, warga yang tinggal tak jauh dari alun-alun lantas menguburkan diam-diam di pinggiran jalan demi menghormati keberaniannya.

“orang-orang ada yang percaya versi ini. Nama Ragasemangsang lalu diberikan warga untuk menghormati pejuang itu,” ujar Karto saat ditemui di kediamannya, Rabu (17/1).

Seingat Karto, makam Ragasemangsang awal mulanya sebenarnya berada di pinggir jalan, ketika terjadi pelebaran jalan tidak ada orang yang berani memindahnya. Posisi bangunan pun akhirnya tidak diotak-atik sehingga seperti yang terlihat sekarang, tepat berada di tengah jalan.

“Dulu ada pekerja yang hendak membongkar makam untuk jaringan saluran air. Pekerja tersebut justru pingsan tak sadarkan diri,” ungkap Karto.

Sementara cerita kedua yang Karto ketahui, konon ratusan tahun lalu terjadi perkelahian antara dua orang sakti mandraguna. Mbah Ragasemangsang, tokoh protagonis bertikai dengan Raden Pekih, si antagonis yang meresahkan masyarakat.

Singkat cerita, Raden Pekih takluk oleh Mbah Ragasemangsang. Sebabnya, Ragasemangsang meski tubuhnya telah dipotong-potong oleh senjata, selalu menyatu kembali setiap menyentuh tanah. Kalah ilmu, justru Raden Pekih luka parah dalam adu kesaktian sampai akhirnya tewas.

“Mbah Ragasemangsang itu hanya dapat mati jika digantung, intinya tak bersentuhan dengan tanah. Lokasi makam sekarang itu, tempat pertapaan Mbah Ragasemangsang yang lantas dikeramatkan,” cerita Karto.

Baik Deskart maupun Karto mengaku sulit membuktikan kebenaran beragam cerita yang menjadi kisah di balik makam Ragasemangsang. Namun menurut Karto, makam Ragasemangsang memang dikeramatkan.

“Banyak orang yang malam-malam ziarah ke makam tersebut. Ada pejabat ada juga warga biasa. Tujuannya mungkin macam-macam ya,” katanya. (AAR/YS)

Tinggalkan Balasan