Ketika Anak-anak SD Belajar Video Jurnalisme Warga

Komunitas, Peristiwa235 Dilihat
Pelatihan Membuat Video untuk SD yang difasilitasi CLC Purbalingga, di SD Negeri 1 Pagerandong, Kecamatan Kaligondang, Purbalingga, Sabtu (9/9).

Purwokertokita.com – Sejumlah 15 siswa SD Negeri 1 Pagerandong, Kecamatan Kaligondang, Purbalingga, tampak tidak canggung mengotak-atik laptop. Bermodal sering bermain laptop milik orang tuanya, mereka bersemangat mengikuti kelas menata gambar pada Pelatihan Membuat Video untuk SD yang difasilitasi CLC Purbalingga, Sabtu (9/9).

Pelatihan yang dilaksanakan dari pagi hingga sore hari ini diikuti peserta dari kelas IV dan kelas V. Pelatihan terbagi menjadi tiga kelas, yaitu kelas menulis skrip, kelas menata kamera, dan kelas menata gambar atau editing.

Wafiq Azizah, salah satu siswa yang masuk di kelas menulis skrip, mengaku masih belum paham video apa yang akan dia buat.

“Aku nggak ngerti mau mengambil gambar apa, tapi tadi nonton berita-berita terus disuruh mencari ide di lingkungan sekolah,” ujar siswi yang masih duduk di kelas IV ini.

Menurut Direktur CLC Purbalingga, Bowo Leksono, memberikan pelatihan bagi siswa usia sekolah dasar merupakan hal baru. Ini menjadi tantangan tersendiri.

“Membuat film atau video itu pada dasarnya tidak gampang, jadi harus tepat porsi dan tepat cara menyampaikannya,” ujar Bowo.

Pada kesempatan pelatihan itu, lanjut Bowo, timnya mencari formula yang pas untuk dipelajari siswa SD. Video citizen journalism atau jurnalisme warga, yaitu video berbentuk berita audiovisual dinilai tepat karena materi yang diangkat bisa dari lingkungan terdekat.

Kepala SD Negeri 1 Pagerandong, Giarti mengatakan, ide pelatihan ini dari salah satu guru muda untuk mengangkat nama sekolah dari sisi aktivitas dan kreativitas siswa.

“Awalnya tidak yakin, tapi karena ada pihak di Purbalingga yang selama ini berkecimpung di film ya tidak ada salahnya dicoba,” tuturnya.

Kegiatan pelatihan ini menghasilkan empat video jurnalisme warga yang disesuaikan dengan kemampuan anak usia SD. Namun karena keterbatasan waktu, hanya dua yang diproduksi, yaitu tentang ketiadaan air bersih di sekolah karena musim kemarau dan beberapa kelas yang bagian bangunannya rusak.

Tinggalkan Balasan