“How Art You Today”, Cara Perupa Muda Menyapa Banyumas

Komunitas171 Dilihat
Perupa Hadiwijaya dan Titut Edi Purwanto membuka pameran “How Art You Today”, dengan action painting, di Jalan RA Wiriaatmaja, Purwokerto, Jumat (16/3) (ns/purwokertokita)

Purwokertokita.com – Delapan perupa muda yang tergabung dalam komunitas Perupa Kreatif dan Mandiri (Pratima) menggelar pameran bertajuk “How Art You Today”, di Caravan Cafe, Jumat (16/3) malam. Puluhan lukisan dan instalasi dipajang dalam pameran ini.

Tak hanya menyuguhkan instalasi, mereka juga menghadirkan lukisan dari berbagai aliran. Mulai dekoratif, ilustratif hingga ekspresionis.

Salah satu pemandangan yang cukup mencolok adalah seni instalasi yang disusun dari kipas angin, pengontrol televisi, telepon genggam hingga tudung saji dan puluhan barang bekas lainnya. Benda-benda itu dilumuri cat berwarna kuning dan disusun pada kawat jaring membentuk kalimat berbahasa Inggris, “How Art You Today”.

Karya instalasi itu, seakan-akan ingin menyapa pelaku seni di Purwokerto. Sejauh mana perkembangan jagat dunia seni rupa di Kota Mendoan.

Pameran dibuka dengan aksi perupa senior Hadiwijaya dan seniman Padhepokan Cowongsewu, Titut Edi Purwanto. Mereka menampilkan performing art dengan melukis tubuh sembari melakukan aksi teatrikal.

Merasa terangsang dengan action painting tersebut, para punggawa Pratima, pun ikut mewarnai media manusia yang bergerak. Mereka membubuhkan cat warna hitam, merah dan kuning ke sekujur tubuh Titut.

“Hari ini telah lahir, Pratima, perupa muda yang ikut mewarnai dunia seni rupa Banyumas. Karya yang dipajang saat ini didominasi dengan seni rupa kontemporer. Kelak, mereka akan mencari jati dirinya sebagai perupa dengan karya dan kreasinya,” kata Hadiwijaya.

Pengunjung melihat-lihat karya yang dipamerkan pada pameran “How Art You Today”, Jumat (16/3) (ns/purwokertokita)

Salah satu peserta pameran, R Bogi Pranata mengatakan, Pratima merupakan wadah seniman muda lulusan Jurusan Seni Rupa Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Semarang. Mereka kembali ke Banyumas untuk menemukan identitas sekaligus mengaplikasikan ilmu yang didapatkan di kampus.

“Kami ingin menghadirkan kreatifitas dan suasana baru dalam jagat seni rupa Banyumas. Tentu saja dengan kemandirian, dan tidak bergantung pada orang lain seperti filosofi dalam komunitas Pratima ini,” ujar perupa kelahiran Banyumas, 5 September 1990 ini. (NS)

Tinggalkan Balasan