Purwokertokita.com, Cilacap – Pendemi Covid-19 berdampak ke berbagai sektor. Salah satunya ke nelayan yang juga berprofesi sebagai penderes gula di Cilacap, Jawa Tengah. Ikan kini tak laku dan menyebabkan satu-satunya pendapatan adalah gula.
Ketua Koperasi Desmantara, Akhmad Fadli mengatakan, akibat menurunnya pemasaran ikan, kini nelayan lebih banyak mengandalkan pemenuhan kebutuhan sehari-harinya dari menderes gula. Sementara, kebutuhan semakin tinggi sehingga penderes berutang.
“Fakta ini saya dapatkan dari kunjungan kami ke rekan-rekan penderes di Patimuan,” katanya, beberapa waktu lalu.
Dalam pertemuan antara Desmantara dengan penderes itu, ditemukan fakta bahwa penderes yang semula menghindari utang kini justru terpaksa utang untuk menutup kebutuhan hidupnya sehari-hari. Pasalnya, mereka tidak bisa mengandalkan pendapatannya dari aktivitas nelayan dan pertanian.
“Padi belum panen. Akhirnya karena kepepet, mereka berutang,” ungkapnya.
Dia khawatir utang yang menjerat penderes gula itu akan menyebabkan ketidakseimbangan transaksi gula. Misalnya, lantaran utang, petani diwajibkan setor gula ke tengkulak tertentu dengan harga lebih rendah dari pasaran. Ancaman ini bukan isapan jempol. Pasalnya, sudah banyak terjadi praktek jeratan tengkulak yang menyebabkan posisi tawar penderes lemah.
Sementara, Ketua Kelompok Tani Rawaapu, Ahdin mengatakan sebelumnya mayoritas anggota kelompok tani menghindari berutang. Namun, lantaran tak ada pendapatan lain mereka berutang antara Rp2 juta hingga Rp5 juta per orang.
“Ya, mau bagaimana lagi. Sekarang ikan tidak laku. Untuk pemenuhan kebutuhan ya akhirnya utang dulu,” ujarnya.
Namun begitu, Ahdin pun mengatakan sementara ini harga gula antara penderes yang berutang dengan yang tak berutang masih sama. Harga berada di kisaranh Rp13.500 per kilogram. Tetapi, senada dengan Fadli, dia juga khawatir lemahnya posisi penderes menyebabkan harga gula dipermainkan tengkulak.
“Kalau sekarang masih sama. Ya nggak tahu nanti. Ini kan baru dua mingguan,” ujarnya.