PURWOKERTOKITA.COM, CILACAP – Pentas wayang santri berjudul “Perang Suci, Kisah Resolusi Jihad” ditampilkan oleh Majelis Seni Nyawiji dalam peringatan Hari Santri Nasional (HSN) yang digelar Majelis Wakil Cabang Nahdlatul Ulama (MWCNU) Kecamatan Bantarsari bekerjasama dengan Pemerintah Kecamatan Bantarsari, Kabupaten Cilacap, Minggu (21/10) malam.
Pentas seni yang digelar di Lapangan Lapang Asem Bantarsari ini, mengangkat perjuangan santri yang sepenuh jiwa dan raga mempertankan kedaulatan Indonesia sejak ditetapkannya Resolusi Jihad pada 22 Oktober 1945 oleh Hadratussyekh KH M Hasyim Asy’ari, pahlawan nasional dan pendiri organisasi Nahdlatul Ulama.
Sutradara Wayang Santri, Abdul Aziz mengatakan lakon yang mengangkat kisah resolusi jihad berfokus pada gelora perjuangan para santri saat turun ke jalan dalam upaya mempertahankan kemerdekaan Indonesia pada periode Revolusi Fisik 1945 untuk berjihad melawan tentara Belanda yang membonceng sekutu saat kembali menginjakkan kakinya di Indonesia.
Pentas ini memadukan permainan wayang dan adegan pertarungan silat untuk menggambarkan upaya pendudukan Belanda yang dihalau para santri melawan penjajahan.
“Pesilat dari Pagar Nusa memerankan santri yang bertarung sengit dengan serdadu Belanda. Mereka membangun adegan pertarungan di balik kelir untuk memunculkan efek siluet atau bayang-bayang guna medramatisasi pertempuran. Sedang narasi tentang munculnya Resolusi Jihad dimainkan oleh Dalang lewat penggambaran tokoh sentral yakni Hadratussyekh KH M Hasyim Asy’ari dan Bung Tomo dalam bentuk wayang kertas,” ujar Aziz, Minggu (21/10).
Dalam pertunjukan wayang santri ini, Ahmad Nafis Jauhari sebagai dalang melantunkan sejumlah suluk dalam bahasa Jawa yang menggambarkan semangat perjuangan. Deskripsi dalang dan adegan silat yang berlangsung selama pementasan diiringi oleh hadrah yang dikombinasikan dengan karinding dan gong tiup untuk menghadirkan suasana khidmat namun juga menegangkan.
“Selain suluk juga dinyanyikan lagu Ya Lal Wathon karya KH Abdul Wahab Hasbullah yang identik dengan kecintaan pada tanah air Indonesia,” kata Aziz.
Ketua Panitia HSN 2024 MWCNU Kecamatan Bantarsari, Kyai Chabib Saefulloh, mengatakan pentas wayang santri merupakan salah satu bagian dari kegiatan HSN yang mengangkat potensi pengembangan seni budaya di wilayah Kecamatan Bantarsari, Kabupaten Cilacap. Kyai Chabib mengapresiasi sisi kreatif upaya penceritaan sejarah dalam bentuk pementasan wayang untuk menghadirkan kontrubusi ulama dan santri mempertahankan kedaulatan Indonesia.
“Pementasannya menarik dan penonton juga membludak di lapangan. Saya juga bahagia, karena sejumlah pegiat wayang santri aktif di organisasi-organisasi di bawah NU,” kata Kyai Chabib, Minggu (21/10).
Kyai Chabib juga menjelaskan kegiatan HSN 2024 di Bantarsari menyasar berbagai aspek mulai dari kegiatan sosial, seni budaya, agama. Ia menyebut kegiatan HSN di Bantarsari sudah dimulai sejak Sabtu (19/10) yakni Bahtsul Masail untuk membahas persoalan-persoalan aktual di masyarakat, lalu pawai taaruf yang diikuti para santri pada Minggu (20/10), ziaroh Masyayikh dilanjut donor darah serta wayang santri dan pengajian umum pada Senin (21/10).
“Puncak acara pada Minggu (22/10) yakni upacara HSN 2024. Intinya di HSN kami ingin menyampaikan bahwa Hari Santri merupakan perayaan bagi semua orang. Sebab itu kami menyasar berbagai kegiatan dan berkolaborasi dengan berbagai pihak,” ujar Kyai Chabib.
Peringatan Hari Santri Nasional di Indonesia sudah dilakukan sejak Presiden Joko Widodo mengeluarkan Keputusan Presiden Nomor 22 Tahun 2015 tentang Hari Santri Nasional. Adapun pemilihan tanggal 22 Oktober sebagai perayaan Hari Santri Nasional didasarkan pada tanggal ketika K.H. Hasyim Asy’ari menyerukan ajakan jihad, yang kemudian disebut sebagai Resolusi Jihad, untuk melawan tentara sekutu pada 22 Oktober 1945.