Kisah Hidup Dariah, dari Kerasukan Indang Hingga Menjadi Maestro Lengger

Ragam522 Dilihat
Dariah, sedang merias diri sebelum pentas. (dok. Purwokertokita.com)

Purwokertokita.com – Terlahir sebagai seorang laki-laki, pada 30 Desember 1921, di Desa Somakaton, Kecamatan Somagede, Kabupaten Banyumas, kedua orang tuanya memberi nama Sadam. Masa kecilnya tak seperti laki-laki pada umumnya, Sadam gemar berlenggak-lenggok seperti seorang lengger.

Sadam juga suka nyindhen atau melagukan tembang-tembang Jawa. Kegemarannya menari dan menyanyi dilakukan sambil melakukan pekerjaan apa saja.

Pada suatu waktu, Sadam seperti dituntun oleh alam bawah sadarnya. Tanpa pamit dengan orang-orang tercinta dan tanpa tahu kemana tujuannya, Sadam pergi dari rumah tanpa berbekal apapun kecuali sedikit uang yang dimilikinya. Sadam merasa seperti kerasukan indang lengger.

Saat wawancara dengan Purwokertokita.com semasa hidupnya, Sadam mengaku pernah bersemedi di Panembahan Ronggeng, Desa Gandatapa, Kecamatan Sumbang, Banyumas. Konon, di tempat inilah, dia mendapatkan wangsit untuk menjadi lengger.

Kejayaan lengger bertahan hingga Gerakan 30 September 1965 meletus. Kala itu seniman tradisional menjadi kelompok sosial yang oleh rezim Orde Baru ditengarai dekat dengan komunisme. Begitu pula seniman lengger yang banyak ditangkap pemerintah.

Saat lengger dilarang, Dariah menjadi perias pengantin atau sering disebut dukun manten. Pekerjaan yang dilakoninya hingga usia senja.

Kemaestroannya mendapat pengakuan saat Presiden Susilo Bambang Yudhoyono memberi anugerah kategori Maestro Seniman Tradisional pada tahun 2011. Namun, lebih dari itu, perjalanan kesenimanannya sungguh berliku. Demi seni yang begitu dicintanya, dia memilih melakoni hidup menjadi perempuan walau terlahir sebagai laki-laki.

Baca : Banyumas Berduka, Maestro Lengger Lanang Banyumas Tutup Usia

Kabar kepergian Dariah pada Senin (12/2), meninggalkan duka yang mendalam bagi kalangan seniman. Sutoro, salah satu lengger lanang muda mengaku sangat bersedih. Tora, nama panggungnya, mengaku tetap optimis, seni lengger lanang tetap lestari dan berkembang.

“Kemarin sudah ada 10 lengger lagi yang bergabung di Rumah Lengger,” kata Sutoro. (NS/YS)

Tinggalkan Balasan