Pegiat Canyoning Bersatu Tak Bisa Dikalahkan

Komunitas, Lingkungan178 Dilihat
Sejumlah wisatawan sedang mengikuti kegiatan canyoning di lereng selatan Gunung Slamet. (Sukmono untuk Purwokertokita.com)
Sejumlah wisatawan sedang mengikuti kegiatan canyoning di lereng selatan Gunung Slamet. (Sukmono untuk Purwokertokita.com)

Purwokertokita.com – Pegiat canyoning dari beberapa kota di Indonesia bakal membentuk Asosiasi Canyoning Indonesia, 4-5 Juni mendatang. Kabupaten Banyumas didaulat menjadi tuan rumah pembentukan wadah organisasi bagi pegiat aktivitas olahraga dan rekreasi ini.

Koordinator Komunitas Canyoning Indonesia, Isro Adi mengatakan, dari hasil komunikasi belakangan ini, sejumlah operator dan pegiat dari Purwokerto, Yogyakarta, Purworejo, Surabaya, Bali, Medan, Lampung dan Jakarta memutuskan untuk bergabung dalam satu wadah. Pegiat dari Purwokerto sebagai salah satu inisiator asosiasi tersebut diminta untuk menyiapkan pertemuan di Baturraden.

“Pada pertemuan yang nanti digelar di Baturraden, kami akan membahas format kelembagaan yang dibentuk. Lalu, apakah organisasi ini akan berada dibawah Pemerintah Indonesia atau bersifat independen mengikuti Asosiasi Canyoning Internasional,” ujarnya di Jakarta, Rabu (18/5).

Bagi pegiat di Purwokerto, kata Isro, usulan untuk membentuk telah digulirkan sejak 2014 silam. Akan tetapi, pihak Kementerian Pemuda dan Olahraga RI meminta komunitas canyoning mencari perwakilan di sebagian besar provinsi di Indonesia.

Dia mengaku sempat kesulitan. Lantaran sebagai aktivitas olahraga rekreasi baru di Indonesia pegiatnya masih sedikit. Akan tetapi, rencana tersebut akhirnya akan terwujud pada pertengahan tahun 2016.

Dikatakan Isro, di Bali sebenarnya memiliki asosiasi canyoning internasional atau International Canyoning for Professional (Icopro), satu diantara tiga asosiasi canyoning se-dunia. Di tingkat nasional, wadah pegiatnya belum terbentuk hingga saat ini.

“Di Indonesia aktivitas ini mulai berkembang di beberapa lokasi. Juga sudah memiliki nilai ekonomis bagi masyarakat setempat. Di Banyumas, yang memiliki kondisi alam yang cocok untuk canyoning, harusnya menjadi lahan potensial yang bisa digarap oleh Pemerintah Kabupaten,” jelasnya.

Syakib Askar sedang mencoba canyoning di lereng selatan gunung Slamet (Nugroho untuk Purwokertokita.com)
Syakib Askar sedang mencoba canyoning di lereng selatan gunung Slamet (Nugroho untuk Purwokertokita.com)

Sementara itu, pegiat canyoning asal Banyumas, Jalom Noor, mengatakan, canyoning merupakan salah satu aktivitas wisata minat khusus yang mulai naik daun di wilayahnya. Beberapa operator juga sudah bermunculan, salah satunya adalah Baturraden Adventure Forest di Baturraden.

“Masyarakat sudah merasakan dampaknya dengan semakin tingginya tingkat kunjungan. Demikian halnya dengan pendapatan dari parkir dan warung makan di jalan masuk Curug Lawang yang menjadi titik finish jalur canyoning di Desa Wisata Karangsalam, Baturraden,” ujarnya.

Dia menjelaskan, canyoning merupakan aktivitas berbasis penelusuran sungai, ngarai atau jurang, air terjun yang memadukan berbagai teknik disiplin alam bebas seperti rapelling (turun tebing), scrambling (melipir tebing), berenang, lompat tebing, maupun hiking. Aktifitas yang belakangan umum disebut dengan canyoning tersebut awalnya merupakan aktifitas yang lebih ditujukan untuk penelitian seperti hidrologi, klimatologi, ekologi, dan berbagai penelitian lain. Sedangkan beberapa tahun terakhir aktifitas ini telah berkembang menjadi olahraga dan aktifitas yag lebih bersifat hiburan.

Tinggalkan Balasan