Kartini dan Lahirnya Komunitas Berbagi FH Unsoed

Komunitas155 Dilihat
Sejumlah alumni Fakultas Hukum Angkatan 2000 membentuk perkumpulan berbadan hukum untuk mengumpulkan dana yang akan disalurkan untuk kegiatan-kegiatan sosial, Jumat 21 April 2016. (Aris Andrianto/Purwokertokita.com)
Sejumlah alumni Fakultas Hukum Angkatan 2000 membentuk perkumpulan berbadan hukum untuk mengumpulkan dana yang akan disalurkan untuk kegiatan-kegiatan sosial, Jumat 21 April 2016. (Aris Andrianto/Purwokertokita.com)

Purwokertokita.com – Tepat tengah siang, empat pemuda yang pernah menjadi macan kampus itu berkumpul. Sambil menunggu seorang notaris, keempatnya berbincang dan merenungkan kembali tentang nilai-nilai yang diwariskan Kartini.

“Semangat Kartini adalah semangat berbagi. Memanusiakan manusia. Ia tidak dilihat dari kebayanya, tapi mental revolusionernya untuk menggugah kesadaran kelas perempuan, bangkit dan melawan ketertindasan,” ujar Sandria, Alumni Fakultas Hukum Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto Angkatan 2000 yang juga pernah menjabat Ketua Lembaga Kajian Hukum dan Sosial (dikudeta di tengah jalan), di Ruang 9 Gedung Justitia 1 kampus itu.

Kisah paling lengkap soal Kartini bisa dibaca di novel sejarah Panggil Aku Kartini Saja karya Pramoedya Ananta Toer. Penulis novel Indonesia yang paling brilian sepanjang zaman. Kini ia telah berpulang (Al-Fatihah).

Begini salah satu kutipan yang bisa dibaca di novel itu.

“…Kartini tidak punya massa, apalagi uang. Yang dipunyai Kartini adalah kepekaan dan keprihatinan dan ia tulislah segala-gala perasaannya yang tertekan itu. Dan hasilnya luar biasa, selain melambungkan nama Kartini, suaranya bisa terdengar sampai jauh, bahkan sampai ke negeri asal dan akar segala kehancuran manusia Pribumi…”

Jarum jam sudah menunjukkan pukul 12.15, pintu ruangan terbuka. Dari balik pintu munculah Dewi Nurhadiah Andriani, seorang notaris. “Saya juga alumni sini juga loh, angkatan 2006,” ujarnya sambil menuju tempat duduknya.

Detik-detik menjelang penndatanganan  berkas perkumpulan. (Aris Andrianto/Purwokertokita.com)
Detik-detik menjelang penndatanganan berkas perkumpulan. (Aris Andrianto/Purwokertokita.com)

Obrolan kami tentang Kartini pun terputus. Namun, soal kepekaan dan keprihatinan yang dikatakan Kartini, masih membekas di benak kami.

“Perkumpulan ini memang tujuannya untuk misi sosial. Ingin membantu almamater,” kata Dody Nur Andriyan, Ketua Ikatan Alumni FH Unsoed Angkatan 2000 (IKA FH 2000) yang juga Dosen HTN IAIN Purwokerto.

Ia kini sudah mirip profesor. Terutama jika dilihat dari penampakan rambut bagian depan.

Budiyono terlihat grogi bertemu dengan notaris di depannya. Tak hilang akal, ia menyeruput kopi yang tersisa setengah cangkir. “Lahirnya IKA FH Unsoed 2000 berbarengan dengan hari lahirnya Kartini. Jos gandos,” ujar Budi mencoba mencairkan suasana. Budi didaulat menjadi Bendahara Umum yang akan berkutat dengan arus kas perkumpulan.

Tedy Sudrajat yang memang terkenal kalem, hanya tersenyum saja. Ia yang sebentar lagi menyelesaikan kuliah doktoralnya, terlihat memeriksa berkas demi berkas. Sebagai Dewan Pengawas, ia tak ingin terlewatkan satu syaratpun untuk mendirikan perkumpulan sosial itu. “Kalau bisa kita merangkul semua kalangan, tidak hanya angkatan 2000 saja,” ucapnya tanpa matanya berpaling dari berkas yang berlembar-lembar itu. Ia memang cocok menjadi dekan masa depan.

Suasana serius saat penadatangan berkas perkumpulan di depan notaris. (Aris Andrianto/Purwokertokita.com)
Suasana serius saat penadatangan berkas perkumpulan di depan notaris. (Aris Andrianto/Purwokertokita.com)

Setelah penandatanganan berkas usai, Dewi sang notaris pun mengaku terharu dengan usaha IKA FH Unsoed 2000 membantu sesamanya dan almamater. “Insya Alloh saya akan ikut membantu dengan berdonasi,” ujarnya mantap.

Obrolan siang itu pun berlanjut tentang kenangan masa lalu. Tentang mantan dan kenakalan-kenakalan semasa kuliah. Tak lupa, kami pun berfoto wefie. Sekedar menggugurkan kewajiban sebagai lelaki kekinian.

Tinggalkan Balasan