Usulan Membuat Museum Lengger di Banyumas Dinilai Sulit

Ragam433 Dilihat
Almarhum Dariah (tengah), maestro Lengger Banyumas sedang menari bersama penari lengger lainnya. (Purwokertokita.com)

Purwokertokita.com – Kelompok pemerhati cagar budaya dan peninggalan sejarah menilai gagasan untuk membuat Museum Lengger di Banyumas merupakan hal yang sulit. Pasalnya, selain tak berbentuk, museum warisan budaya tak benda atau intangible belum populer di Indonesia.

Pegiat Banjoemas History and Heritage Community (BHHC), Jatmiko Wicaksono mengatakan, jika hendak membuat Museum Lengger, pengelola harus mencari catatan sejarah, dokumentasi, rekaman video atau tembang Jawa yang biasa dipakai saat pementasan.

“Sebagai daya tarik utama, tentunya berisi peralatan pentas yang dipakai oleh pelaku seni lengger semasa hidupnya,” katanya, Kamis (31/1).

Menurut Jatmiko, seperti halnya irama calung yang ditetapkan menjadi warisan budaya tak benda milik Banyumas. Harus ada rekaman atau rilisan fisik untuk didengarkan oleh pengunjung, karena jika hanya memajang alat musiknya saja ya tidak bisa dipelajari.

Dia menyebutkan, salah satu museum intangible di Indonesia adalah Museum Musik di Malang. Museum yang digagas oleh komunitas ini juga menyimpan karya-karya musikus Tanah Air di masa lalu.

“Ada bentuk audio visual yang menjadi daya tarik pendukung. Kalau ini terwujud, Banyumas bakal menjadi pusat pengembangan seni lengger,” tuturnya.

Terkait usulan pendirian Rumah Lengger yang berfungsi sebagai museum sekaligus sanggar kesenian, Kepala Bidang Kebudayaan Dinas Pemuda Olahraga Kebudayaan dan Pariwisata (Dinporabudpar) Banyumas, Deskart Sotyo Jatmiko mengatakan, ide pembuatan museum berawal dari keinginan untuk menjadikan lengger sebagai ikon budaya Banyumas.

“Usulan konsepnya, Museum Wayang dan Museum Lengger menjadi satu komplek di Taman Sari,” katanya. (NS/YS)

Tinggalkan Balasan