Purwokertokita.com – Ada berbagai cara dilakukan untuk merangsang warga untuk bersama membasmi hama tanaman padi, seperti yang diinisiasi pemerintah Desa Pegalongan Kecamatan Patikraja Banyumas, Jawa Tengah. Perangkat desa setempat berinisiatif menggelar sayembara membasmi tikus perusak tanaman padi milik petani untuk memotivasi warga bergerak bersama.
Persoalan hama tikus diakui warga Pegalongan kerap terjadi tiap tahunnya. Bahkan di tahun ini, mendekati musim rendeng kedua, serangan tikus merajalela di lahan sawah yang memiliki luas 110 hektare. “Iya banyak sekali tikus yang menyerang tanaman padi. Jadinya, ada banyak petani yang hasil panennya menurun drastis,” kata Sanmirja, salah satu petani di Desa Pegalongan, Selasa (13/9).
Persoalan tersebut, kemudian disampaikan warga kepada Kepala Desa Pegalongan Slamet Widodo. Aduan tersebut pun berlanjut dengan berkoordinasi bersama petugas Koramil serta Polsek Patikraja. “Setelah berkoordinasi, ternyata ada bantuan dari pihak TNI dan polisi. Sehingga, kami bersama-sama turun untuk membasmi hama tikus,” ujarnya.
Tak hanya itu, untuk memotivasi warga dalam membasmi tikus memasuki musim rendeng kedua, Slamet pun menggelar sayembara membasmi tikus yang menyerang tanaman padi di area persawahan desa. “Sayembara ini sengaja untuk mendorong agar warga mau turun serentak. Dan kebetulan, antusiasnya cukup tinggi. Jumlah warga yang ikut sampai ratusan warga,” katanya.
Dalam aturan sayembara tersebut, dibuat masing-masing tim yang beranggotakan 10 warga. Soal hadiah, perangkat desa setempat menyiapkan hadiah menarik berupa tiga ekor kambing yang akan dibagikan setelah lomba selesai pada Kamis (15/9).
“Hadiah untuk juara pertama, kambing besar. Juara kedua kambing yang ukurannya sedang dan juara tiga kambing ukuran kecil. Sedangkan, bagi tim yang tidak menang, maka jumlah tikus yang berhasil dibasmi akan diuangkan,” ujar salah satu perangkat, Tri Yogo.
Diakui Slamet, Selasa (13/9), menjadi hari pertama penyelenggaraan sayembara tersebut. Sejak dimulai pada pukul 08.00 WIB, ratusan warga sudah berhasil membasmi sekitar seribuan lebih tikus sawah. Mereka membongkar tiap tanah yang berpotensi menjadi sarang tikus sawah menggunakan pacul.
Uniknya, dalam mengikuti sayembara, warga tidak diperkenankan membawa senjata tajam. “Hanya bermodal potongan bambu atau tangan kosong saja,” jelas Slamet.
Menurut Yogo, hadiah yang disediakan dalam sayembara ini berasal dari hasil panen milik perangkat desa. Tiap perangkat menyumbang hasil panen sebanyak satu kuintal untuk dibelikan hadiah. Lebih lanjut, Yogo mengatakan animo untuk mengikuti sayembara berhadiah tersebut cukup tinggi lantaran kebanyakan warga yang ikut bekerja sebagai buruh tani.
“Di tempat kami, rata-rata buruh tani. Pemilik lahan hanya orang-orang kaya yang bahkan tempat tinggalnya jauh. Sehingga, banyak yang memang berminat untuk ikut sayembara ini,” jelasnya.
Selain itu, ia menjelaskan, meski ada asuransi pertanian dari pemerintah, namun belum memadai. Ia mengemukakan, untuk asuransi pertanian tersebut bisa turun jika lahannya benar-benar puso dalam luasan hektare. Ia mengemukakan, pada Agustus lalu, satu warga dapat asuransi pertanian sekitar Rp 7 juta per hektare.
“Kalau dilihat dari total kerugian yang ada, padi yang puso memang sampai satu hektare. Tetapi untuk biaya penggantian kebutuhan dari awal, ya bisa dibilang minim. Tapi, kami bersyukur masih bisa mendapat ganti rugi,” ujarnya.