Purwokertokita.com – Operasi Simpatik yang digelar kepolisian dinilai kurang efektif. Hal ini disebabkan operasi selama ini tidak bisa mengurangi angka kecelakaan.
“Berbagai operasi yang dilakukan setiap tahun ternyata tidak menurunkan angka kecelakaan,” kata Pengamat Masyarakat Transportasi Indonesia, Djoko Setijowarno, Ahad (28/2).
Operasi simpatik rencananya akan mulai digelar 1-21 Maret di seluruh wilayah Indonesia. Sasaran operasi tersebut yakni kelengkapan surat-surat kendaraan bermotor seperti SIM, STNK, helm, dan spek kendaraan.
Menurut dia, menekan angka kecelakaan bukan hanya tugas polisi. Di daerah ada Dinas Perhubungan juga punya andil menurunkan angka kecelakaan.
Ia mengatakan, akar masalah kecelakaan selama ini tidak disentuh secara serius. Yakni cara mendapatkan SIM yang benar.
Polisi dan dinas bisa meniru Dishub Surakarta yang ketat mengeluarkan SIM. Di Belanda butuh dua tahun untuk ikut ambil SIM. “Selama dua tahun tersebut wajib ikut pelatihan mengemudi kendaraan dan tata tertib berlaku lintas yang benar dengang membayar 2.000 Euro (1 Euro setara Rp 15.000) setara Rp 30 juta,” katanya.
Biaya tersebut beluml termasuk uang pendaftaran ambil SIM. Jika tidak lulus, wajib ikut pelatihan lagi. Ini dilakukan, karena menyangkut keselamatan di jalan raya.
Bandingkan dengan cara mendapatkan SIM di Indonesia. Meski sudah ada reformasi SIM namun belum serius. Terkadang di beberapa tempat masih ada oknum yang bermain.
“Jika serius, bisa contoh Korea, dalam kurun 20 tahun bisa turunkan 60 persen angka kecelakaan. Rata rata 3 persen per tahun,” katanya menambahkan.
Ia mengatakan, jumlah korban kecelakaan yang memakan korban jiwa di jalan mencapai lebih dari 80 orang tiap hari. Hal itu lebih tinggi dibandingkan korban narkoba yang mencapai 50 orang per hari.