Terserang Bakteri E-coli, 37 Warga Kebumen Alami Diare Akut

Diduga berasal dari sumber mata air di hutan Perhutani yang tercemar kotoran hewan liar.

Peristiwa904 Dilihat

PURWOKERTOKITA.COM, KEBUMEN – Sebanyak 37 warga Kabupaten Kebumen di Desa Giripurno, Kecamatan Karanganyar terserang bakteri E-coli dengan gejala diare akut. Kasus ini memaksa Pemkab Kebumen turun tangan mengatasi para koban.

Setelah ditangani Pemerintah Kabupaten Kebumen, semua korban dinyatakan sembuh. Untuk memastikan bakteri itu tidak menyebar lagi ke warga, Bupati Kebumen, Arif Sugiyanto langsung memimpin rapat penanganan bakteri E-coli di Balai Desa Giripurno bersama, Dinkes, Dinas PUPR, BPBD, PDAM, aparatur kecamatan dan desa serta dari unsur TNI/Polri.

Dari kejadian ini , Arif memutuskan melakukan beberapa langkah penanganan, yakni menutup sementara sumber mata air yang digunakan 37 warga tersebut.

“Berdasarkan hasil uji laboratorium bakteri E-Coli itu disinyalir bersumber dari empat sumber mata air yang berasal dari lahan Perhutani. Kita sudah minta untuk dilakukan penutupan sementara karena harus dilakukan penanganan,” ujar Bupati di Balai Desa Giripurno, Selasa (16/5/2023).

Dugaan sementara, bakteri itu beerasal dari kotoran hewan liar. Sebab lahan Perhutani di Giripurno masih banyak monyet liar dan babi hutan. Untuk sumber-sumber air tersebut masih terus diuji lab sekaligus dengan obat kaporit.

Selain menggunakan sumber mata air dari lahan Perhutani, warga Giripurno juga menggunakan air yang bersumber dari Pamsimas dengan cara dibor di kedalaman 100 meter. Namun, berdasarkan hasil lab, air yang bersumber dari Pamsimas aman dari bakteri, begitu juga air-air dari sumur warga.

“Kita sudah minta agar sumber-sumber air tadi untuk diberikan kaporit secara kontinue/terus menerus seperti proses penyaringan air yang dilakukan PDAM, agar bakteri-bakteri itu mati, tidak berkembang,” terangnya.

Terkait sumber mata air yang ditutup sementara, kebutuhan air warga akan disuplai dari air Pamsimas yang sudah dipastikan aman. Sebab, di Pamsimas rutin dilakukan pengecekan kondisi air. Meski begitu agar lebih aman, Bupati meminta masyarakat merebus air untuk minum hingga mendidih.

“Agar lebih aman, saya harap masyarakat ketika merebus air untuk minum setelah mendidih itu ditunggu sampai tiga menit, Inysa Allah bakteri E-coli dan coliform mati,” terangnya.

Bupati juga berharap kepada masyarakat agar betul-betul menjaga kebersihan lingkungan dengan tidak membuang air besar sembarangan, menjauhkan sumber mata air dari kadang ternak. Ia menyebut kadar E-coli di Giripurno sangat tinggi yakni 158, padahal ambang batasnya hanya 50.

Sementara itu, Kades Giripurno, Parsum mengatakan, temuan kasus bakteri E-coli di desanya bermula ketika ada anak-anak yang dilaporkan terkena diare akut. Anak tersebut langsung ditangani Puskesmas pada 6 Mei kemarin. Namun kasus diare massal itu bertambah banyak.

“Setelah itu grafiknya terus naik, tanggal 7 Mei ada lagi empat, kemudian puncaknya tanggal 10 ada delapan kasus, kemudian tambah-tambah terus sampai 37 kasus, semua sudah dilakukan penanganan dan alhamdulillah sudah sembuh,” ucapnya.

Terkait adanya kabar satu orang warga yang meninggal karena E-coli, pihaknya memastikan itu tidak benar, karena satu warganya yang meninggal diketahui karena gagal ginjal. Pihaknya pun ikut arahan pemerintah daerah dalam penanganan kasus ini.

“Kalau untuk penanganan sepenuhnya kami ikut arahan dari pemerintah daerah. Soal kabar meninggalnya warga kami itu bukan karena E-coli, tapi ada riwayat gagal ginjal,” ucapnya.

Tinggalkan Balasan