Pengungsi Clapar Banjarnegara Mulai Terserang Penyakit

Lingkungan, Peristiwa246 Dilihat
Dosen dan mahasiswa Teknik Geologi Unsoed melakukan survey lapangan untuk meneliti penyebab terjadinya longsor di Desa Clapar Madukara Banjarnegara. Salah satu penyebabnya adalah karena kebun salak. (Alief Einstein untuk Purwokertokita.com)
Dosen dan mahasiswa Teknik Geologi Unsoed melakukan survey lapangan untuk meneliti penyebab terjadinya longsor di Desa Clapar Madukara Banjarnegara. Salah satu penyebabnya adalah karena kebun salak. (Alief Einstein untuk Purwokertokita.com)

Purwokertokita.com – Koordinator Pos AJU Clapar Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Banjarnegara, Andri Sulistiyo mengatakan pengungsi, terutama lanjut usia dan anak-anak mulai terserang penyakit.

“Yang terbanyak adalah penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA),” katanya, Kamis (31/2).

Untuk itu, pihaknya menyediakan mendirikan Posko kesehatan untuk menangani kesehatan akibat cekaman cuaca. Posko ini beroperasi 24 jam penuh.

“Kalau di kebencanaan biasa ya kalau pengungsi. Karena tempat tidurnya dan apa saja yang tidak biasanya. Pasti ada beberapa kendal segala macama. Rata-rata ISPA itu ya. Pasti ada,” ujarnya.

Andir mengatakan pengungsi hingga saat ini berjumlah 85 keluarga yang terdiri dari 300 jiwa lebih.

Sementara ini, kata Andri, pengungsi tinggal di rumah warga sebelum disediakan hunian sementara (Huntara). Selanjutnya, seluruh pengungsi akan direlokasi ke perumahan permanen yang rencananya akan menggunakan tanah bengkok seluas tiga hektar milik Desa Clapar.

“Kita berikan rumah sewa. Kemungkinan kita juga akan buatkan huntara, atau bisa juga disewakan rumah. Ini kan kemungkinan ya,” jelasnya.

Hingga saat ini pemerintah masih fokus pada tanggap darurat penanganan bencana longsor selama 14 hari yang dimulai Jumat pekan lalu.

“Sebetulnya sudah tersedia (lahan relokasi-red), karena mereka kan memiliki dua rumah( satu di atas dan satu di bawah-red). Ini kan wilayah terdampaknya wilayah relokasi yang dulunya nggak kena sekarang terkena (longsoran),” tambahnya lagi.

Menurut Andri, longsor Clapar Banjarnegara disebabkan oleh tiga faktor utama. Pertama, elevasi atau tingkat kemiringan lokasi. Kedua, alih fungsi lahan dari hutan menjadi lahan pertanian sayur. Ketiga tekstur tanah gembur. Ini masih ditambah lagi dengan guyuran hujan terus menerus di Banjarnegara yang di atas rata-rata sebelum bencana longsor terjadi.

“Ada alih fungsi lahan dari perkebunan kehutanan menjadi lahan produktif berupa pertanian sayur,” katanya.

Diketahui, hingga saat ini longsoran tanah masih terjadi. Namun geseran tanah sudah berangsur pelan. Longsor dengan luncuran cepat terakhir terjadi dua hari lalu atau pada hari ke-5 pasca bencana longsor kemarin. Wilayah terdampak longsor Clapar seluas delapan hektar.

Tinggalkan Balasan