Purwokertokita.com – Peringatan Hari Lahir Nahdlatul Ulama ke-93 menjadi momentum bagi Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Banyumas menyatakan sikap terhadap isu strategis akhir-akhir ini. Di antaranya perang terhadap narkoba, radikalisme, hingga tekad bulat menjaga Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dari keutuhan dalam kebinekaan. Tidak kurang dari 10.000 nahdliyyin berkumpul di alun-alun Kota Purwokerto, ibu kota Kabupaten Banyumas, Ahad (24/4).
“Kami mengutuk keras segala bentuk produk yang merusak generasi muda dan bangsa Indonesia, di antaranya narkoba. Kami juga mendesak pemerintah segera eksekusi terpidana mati narkoba. Jangan ditunda, termasuk yang ada di Lapas Nusakambangan Cilacap,” kata Ketua PCNU Banyumas, KH Hasan Maulana.
Pernyatan tegas tersebut menjadi jawaban atas tudingan Kepala Badan Narkotika Nasional Komjen Budi Waseso yang menyebut narkoba masuk pesantren. Sikap tersebut sekaligus menanggapi kerap terungkapnya bisnis narkoba yang dikendalikan dari dalam lapas, termasuk Nusakambangan. Terbaru, terpidana mati kasus narkoba Fredi Budiman baru saja dipindahkan ke Lapas Nusakambangan dari Gunung Sindur, Sentul, Bogor.
Gus Hasan -sapaan karibnya- juga menegaskan komitmen menjaga ketuhan NKRI. Segala bentuk propaganda ‘Khilafah Islamiyah’ memiliki potensi makar dan harus disikapi pemerintah. “Kami juga menolak segala bentuk faham radikalisme, terorisme dan Islam garis keras yang berpotensi merongrorng keutuhan NKRI. Kami meminta pemerintah tindak tegas ormas yang jelas-jelas melawan pancasila dan UUD 45,” tegasnya.
Terkait pemilihan lokasi, Gus Hasan menyebut semua mengandung pesan tersirat. “Alun-alun adalah jantung kota Purwokerto, pusat pemerintahan. Ini adalah pesan bahwa NU mendukung penuh keutuhan NKRI, bersama-sama TNI-Polri. Siap menghadapi siapa saja yang mengancam keutuhan dan perdamaian yang tercipta di Indonesia tercinta,” katanya lagi.
Puncak Harlah NU ke 93 di Banyumas dihadiri Ketua Pengurus Besar NU, KH Abdul Manan Ghoni dan KH Muhammad Muwaffiq dari Lembaga Dakwah NU. Rois Syuriah PCNU Banyumas KH Kharifi Sofa, KH Toha Alawiy Al Hafidz, serta tokoh NU se Banyumas. Kapolres Banyumas Ajun Komisaris Besar Polisi Gideon Arif Setiawan, Wakil Bupati Banyumas dr Budhi Setiawan, akademisi, serta seluruh badan otonom.
Pada kesempatan yang sama dilakukan juga luanching Universitas Nahdlatul Ulama (UNU) Banyumas, dengan presentasi oleh Prof Ade Maman Suherman, guru besar Fakultas Hukum Unsoed juga pernah mengikuti seleksi Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Ada juga batik NU dan Ma’arif Mart yang digagas dan sudah berjalan untuk mendorong sektor ekonomi Nahdliyyin.
Koordinator, Muktamir menambahkan harlah dihadapkan menjadi momentum pemersatu bangsa. Di Banyumas, kumpulnya puluhan ribu nahdliyyin disebut mengobati kerinduan untuk silaturahmi bersama sejalan dan seirama menjaga keutuhan Negara. Dia juga menegaskan kesiapan Banser Banyumas menjadi garda depan melawan segala bentuk provokasi yang berpotensi memecah belah kerukunan beragama di Banyumas khususnya.