Cilacap Wakili Indonesia Jadi Kota Tangguh Bencana Asia Pasifik

Peristiwa267 Dilihat
Gereja Kristus Rohani Indonesia (GKRI), di Dusun Karangjengkol, Desa Cilongkrang, Kecamatan Wanareja, Cilacap ambruk pada Selasa (26/9/17) pagi.

Purwokertokita.com – Hidup di daerah rawan bencana, mungkin kalimat inilah yang tepat untuk menggambarkan kehidupan sebagian besar warga Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah.

Risiko bencana seperti banjir bandang, rendaman, banjir rob, longsor, puting beliung, atau pun kekeringan dan kesulitan air bersih yang menjadi ancaman bencana alam, menempatkan Kabupaten Cilacap sebagai kabupaten/kota dengan risiko bencana tertinggi di Jawa Tengah dan salah satu tertinggi di Indonesia.

Kepala Pelaksana Harian (Lakhar) Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Cilacap, Tri Komara Sidhy mengungkapkan, puluhan desa di sebagian wilayah Cilacap mencakup Kecamatan Karangpucung, Cimanggu, Majenang, Wanareja dan Kecamatan Dayeuhluhur yang berbatasan dengan Jawa Barat, berada di pegunungan tengah Jawa.

Puluhan desa tersebut berada di zona merah longsor. Di dataran tinggi, banjir bandang juga mengintai pada musim penghujan.

Adapun di wilayah dataran rendah, bencana banjir rendaman terjadi tiap tahun lantaran terpengaruh oleh pasang surut air laut. Sebaliknya, pada musim kemarau, dua daerah berbeda topografi itu sama-sama berisiko mengalami krisis air bersih. Di wilayah pegunungan, sumur mengering

Risiko bencana Cilacap ini masih ditambah dengan risiko gempa bumi dan tsunami di sepanjang pantai selatan Cilacap yang langsung berhadapan dengan Samudera Hindia.

Mempertimbangkan ancaman bencana yang tinggi tersebut, Kabupaten Cilacap mengembangkan metode prefentif pengurangan risiko bencana. Menurut Tri, BPBD Kabupaten Cilacap rutin menyosialisasikan antisipasi bencana dan tanggap dini bencana di seluruh Cilacap. Selain itu, pelatihan penanggulangan bencana juga kerap dilakukan.

“Di tiap desa yang berisiko bencana, BPBD dan Pemkab Cilacap membentuk masyarakat tangguh bencana. Desa-desa itu disebut sebagai desa tangguh bencana atau Kampung Siaga Bencana (KSB),” ujar Tri, Rabu (30/5).

Metode prefentif pengurangan risiko bencana yang dilakukan oleh Cilacap, menjadikan Cilacap kerap terpilih sebagai kabupaten/kota dengan penanggulangan bencana terbaik, baik di provinsi Jawa Tengah maupun secara nasional. Cilacap kemudian terpilih mewakili Indonesia menjadi kota yang dinilai sebagai kota tangguh bencana di Asia Pasifik.

“Jadi Cilacap, BPBD Cilacap mewakili Indonesia dalam penilaian kota tangguh bencana. Hanya ada 20 kota di dunia,” tutur Tri Komara Sidhy.

Terpilihnya Cilacap untuk mewakili Indonesia menjadi kota tangguh bencana di Asia Pasifik ini dinilai sebagai apresiasi pemerintah pusat untuk prestasi-prestasi Cilacap di masa sebelumnya.

Cilacap adalah satu-satunya kabupaten/kota di Indonesia dalam ajang yang dihelat oleh United Office for Disaster Risk Reduction (UNISDR).

Perwakilan UNISDR telah beraudiensi dengan Wakil Bupati Cilacap, Syamsul Aulia Rachman, Senin (28/5/2018) lalu, untuk mengawali kunjungan UNISDR di Cilacap.

Selanjutnya, penilaian akan dilakukan oleh tim UNISDR. BPBD akan mempresentasikan langkah-langkah yang telah dilakukan dalam mengurangi risiko bencana dan yang akan dilakukan.

“Upaya-upaya BPBD Cilacap untuk mengurangi risiko bencana. Sekarang, yang digalakkan adalah upaya, pengurangan risiko bencana, bukan saat penanggulangannya,” ucap Tri. (RS/YS)

Tinggalkan Balasan