Purwokertokita.com – kebutuhan energi yang semakin meningkat dan sumber daya fosil yang terus berkurang, mendorong peneliti dari Universitas Jenderal Soedirman, Dr.Eng Suroso.,S.T.,M.Eng menciptakan Pembangkit Listrik Hibrida Surya Thermal dan Angin di Kawasan Pesisir.
Dosen Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Unsoed ini juga mengembangkan teknologi yang penting, yaitu inverter untuk mengubah arus DC (Direct Current) menjadi AC (Alternating Current). Hal ini dilakukannya agar hasil dari pembangkit listrik hibrida yang masih berupa arus DC dapat dikonversi menjadi AC.
Saat ini Teknologi Pembangkit Listrik Hibrida dalam bentuk Prototype dipasang dan diamati di sekitar Laboratorium Fakultas Teknik Unsoed. Penerima Unsoed Award Bidang Penelitian Tahun 2013 ini memasang tiga buah kincir angin dengan volume yang berbeda-beda dan memasang panel surya di atap depan Laboratorium.
Peraih gelar doktor dari Nagaoka University of Technology, Jepang ini mengungkapkan bahwa tiga kincir angin menghasilkan rata-rata 1200 watt, sedangkan panel surya 1000 watt. “Daya ini kemudian disalurkan ke baterai yang ada di laboratorium,” jelasnya.
Menurut Suroso, pembangkit listrik hibrida ini bisa menjadi solusi di wilayah Karesidenan Banyumas dan sekitarnya. Salah satu yang potensial adalah wilayah Cilacap sebagai wilayah yang berangin dan memiliki potensi panas matahari yang banyak.
“Hal ini sesuai dengan yang telah dicanangkan menjadi program nasional bahwa tahun ini lima persen dari kebutuhan energi nasional adalah energi baru terbarukan,” jelasnya.
Meskipun Suroso mengakui bahwa untuk saat ini biaya yang dibutuhkan untuk menghasilkan daya per-Kwh lebih mahal, namun dengan kapasitas yang lebih besar dan riset yang semakin maju, energi terbarukan akan menjadi jawaban kebutuhan energi yang semakin meningkat.
“Indonesia mendapatkan cahaya matahari yang melimpah, angin di pantai, gelombang laut, panas bumi, dan berbagai sumber lainnya,” ungkapnya. (YS)