‘Ngelinting’ Menjadi Gaya Hidup Baru Anak Muda di Purwokerto

Komunitas203 Dilihat
Kemenyan dan cengkih menjadi bahan campuran tembakau yang paling sering digunakan oleh para pelinting. (Yudi Setiyadi/Purwokertokita.com)

Purwokertokita.com – Di tengah gencarnya pembatasan produk rokok dan kampanye anti tembakau di Indonesia, sebagian anak muda di Purwokerto menanggapinya dengan cara yang berbeda, mereka memilih menikmati tembakau dengan ngelinting.

Sucipto, salah satu penikmat lintingan, mengaku memilih melinting tembakau sebagai wujud penghargaan terhadap petani tembakau. “Ngelinting merupakan wujud penghargaan terhadap petani tembakau di Indonesia, tembakau di Indonesia sangat beragam jenisnya dan itu menjadi kekayaan nusantara yang harus dijaga,” ungkap mahasiswa Ilmu Budaya Unsoed Purwokerto ini.

Alasan lainnya, Sucipto terinspirasi dari budayawan Mohamad Sobary yang mulai belajar merokok justru saat usia senja. “Mohamad Sobary, beliau mulai merokok pada usia 58 tahun, sebagai bentuk penghargaan terhadap petani tembakau di Temanggung dan penghargaan atas penemuan Dr Greta yang meneliti tembakau sebagai terapi obat,” tambahnya saat diwawancarai Purwokertokita.com, Kamis (23/03).

Selain sebagai wujud penghargaan terhadap petani, melinting tembakau juga menjadikan seseorang memiliki lebih banyak pilihan tembakau dan cara menikmatinya. “Kita bisa menikmati tembakau dari berbagai daerah, bisa juga menikmatinya dengan kemenyan, cengkih, klembak, bahkan ada juga yang menikmatinya dengan rempah,” tutur Sucipto.

Budi Prabowo AT, praktisi tembakau di Purwokerto mengungkapkan, ngelinting juga pernah menjadi tren anak muda pada waktu krisis moneter 1998. “Tembakau Mole pada tahun 1998 pernah menjadi tren kalangan mahasiswa di kampus, saat itu harga rokok sangat mahal dampak dari krisis moneter. Di warung-warung dan tempat-tempat orang berkumpul dengan mudah dijumpai orang melinting tembakau,” ungkap Bowo.

Menurut Bowo, menikmati tembakau dengan melinting merupakan salah satu pilihan gaya hidup, berkembangnya media sosial dianggap ikut berkontribusi pada tren ngelinting.

“Berkembangnya media sosial saat ini, memicu orang untuk mengenalkan gaya hidupnya sendiri, saat satu orang membagikan foto atau tulisan tentang tembakau, dari situ muncul diskusi-diskusi yang menjadi ketertarikan tersendiri terhadap tembakau,” tuturnya.

Tinggalkan Balasan