Purwokertokita.com – Komunitas Gusdurian Purbalingga ternyata tidak hanya aktif dalam kegiatan dakwah saja. Mereka juga belajar menggali kreativitas dengan membuat film.
Mereka menggandeng komunitas film Cinema Lovers Community (CLC) Purbalingga untuk mewadahi kreativitas dan potensi generasi muda dengan menggelar Workshop Video Dokumenter, Sabtu-Minggu (17-18/3). Materi teori diberikan di Sekretariat Gusdurian Purbalingga di Jalan Sekar Flamboyan Perumahan Griya Abdi Kencana Purbalingga.
Ketua panitia workshop, Akhmad Syaiful mengatakan, selain mengajak generasi muda lintas organisasi kepemudaan dan lintas agama bergabung lewat kegiatan film, sekaligus penerapan nilai-nilai yang diajarkan Gus Dur semasa hidupnya.
“Salah satu nilai utamanya yaitu kesetaraan, kami berusaha membangun pemahaman tentang keberagaman untuk tidak menghambat kreatifitas namun menjadi pendukung utama majunya generasi muda Indonesia,” kata dia.
Menurut Akhmad, kegiatan ini bakal menjadi program rutin. Pelatihan perdana, diikuti 12 peserta dari Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM), Pemuda Gereja Kristen Indonesia, dan Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU) dan Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama (IPPNU).
Koordinator Gusdurian Purbalingga Basyir Fadlullah menyebutkan, pemikiran Gus Dur itu tak sekedar lintas agama dan iman, namun juga lintas generasi.
“Film diharapkan menjadi media untuk menjembatani anak-anak muda milenial dengan kepeduliannya terhadap lingkungan sekitar sesuai semangat dan nilai-nilai Gus Dur,” jelasnya.
Salah satu peserta, Sara Antonia, mengaku senang lantaran pengetahuannya semakin bertambah. Kini, dia bisa memproduksi sebuah film dokumenter.
“Kegiatannya menyenangkan. Selain menambah pengetahuan baru terkait bagaimana cara membuat video dokumenter secara sederhana, kami akan terus dibantu sepanjang serius dalam belajar,” ungkapnya.
Materi workshop yang dipelajari antara lain, dasar-dasar, ide, dan penulisan skrip video dokumenter, pengetahuan tata kamera dan tata gambar atau editing serta bagaimana merumuskan materi yang akan dipraktikan dalam sebuah video.
Workshop kali ini menghasilkan tiga video dokumenter sederhana dari tiga kelompok peserta. Tiga tema yang diangkat yaitu harapan warga Purbalingga terkait taman kota dan ruang terbuka hijau, arti dan fungsi patung di pusat kota, dan keberadaan bangunan di sepadan sungai. (NS)