Ribuan Hektar Padi Roboh Tak Masuk Skema Asuransi Petani Banyumas

Bisnis205 Dilihat
Puluhan hektar tanaman padi di Cilacap terpaksa dipanen dini lantaran roboh diterjang angin kencang disertai hujan deras sehingga merendam bulir padi. (Foto: Ridlo S Balasie/purwokertokita.com)
Puluhan hektar tanaman padi di Cilacap terpaksa dipanen dini lantaran roboh diterjang angin kencang disertai hujan deras sehingga merendam bulir padi. (Foto: Ridlo S Balasie/purwokertokita.com)

Purwokertokita.com – Ribuan hektar tanaman padi di sentra padi Kabupaten Banyumas roboh diterjang angin kencang disertai hujan deras. Sayangnya, kerugian akibat bencana ini tak bisa diklaimkan ke Asuransi Usaha Tani Padi (AUTP).

“Yang masuk asuransi itu kan yang kemarin kena penyakit seperti wereng dan sebagainya. Dan itu pun penggantiannya kan harus melalui tahapan,” kata Kepala Dinas Pertanian Banyumas, Tjutjun Sunarti Rochid, Selasa (15/3).

Tjutjun menjelaskan, yang bisa diklaimkan dalam Asuransi Usaha Tani Padi (AUTP) Banyumas adalah gagal panen karena serangan hama penyakit, seperti wereng atau penyakit yang mengakibatkan gagal panen (puso). Sedangkan kerusakan akibat bencana alam belum masuk skema asuransi petani.

“Kalau yang roboh tidak termasuk yang diasuransikan. Kalau kemarin kan kondisinya terkena angin kencang dan hujan sehingga roboh. Jumlahnya sekitar 2500 hektar lah,” jelasnya.

Kata Tjutjun, sebagian besar padi yang roboh sebenarnya sudah masuk musim panen. Dengan demikian, petani bisa memanen lebih cepat sehingga bisa mengurangi potensi kerugian.

“Ada Pengecekan lapangan, nanti petugas di lapangan, petugas hama penyakit di UPT-nya. Kalau yang roboh tidak termasuk yang diasuransikan,” tukasnya.

Tjutyjun menjelaskan, AUTP Banyumas tahun 2016 diujicobakan ke 62 gapoktan di lahan seluas 6000 hektar. Premi per hektar hamparan padi adalah Rp 180 ribu per hektar per musim tanam. Tiap hektar sawah gagal panen akan mendapat ganti rugi sebesar Rp 6 juta.

Diketahui, ribuan hektar tanaman padi di Kabupaten Banyumas dan Cilacap roboh diterjang angin kencang. Petani terpaksa memanen lebih cepat dari biasanya sehingga kualitas gabah yang dihasilkan menurun.

Tinggalkan Balasan