..
Selamatkan Slamet
syahdan, hutan dan gunung adalah titipan
tuhan, sebab proyek pengadaan
kehidupan akan dilanjutkan
di hari ke delapan
hari di mana tengadah tangan
dirobohkan deru mesin dan uang pelicin
di sela peci kyai dan saku baju
pak menteri dan bupati
sampai kapan kita menangisi
kebodohan, yang menjalar di ketiak
aktivis dan politisi, sebab kemahiran
menanam dan beternak
tidak dipelajari di pamflet dan televisi?
slamet adalah rumah kita
adalah pertapaan paling wingit
dikelilingi doa-doa rimbun
tempat kepulangan paling teduh
tanpa jejak dosa dan mata air yang keruh
lalu kenapa bau anyir luka
mesti rembes dari akar-akar pohon
dari telinga dan mata yang disumbat
oleh kepentingan-kepentingan sesaat?
tuhan tentu akan marah
jika proyeknya mangkrak tak terurus
sementara ia selalu dikoyak
oleh tangis dan ratapan paling tulus
anak-anak desa dengan gembalanya
dan sawah dengan sungainya
dan orangtua dengan mimpinya
dan hidup dengan maknanya
kalender akan kering dan menua
penuh penyesalan dan kesialan
sebelum segala yang tuhan
titipkan, dijaga dan diselamatkan.
Paguyangan, Juli 2017
Ironi sebuah kota
: Ganjar Pranowo
kota adalah kepalamu yang
dipenuhi surat kabar dan jadwal ceramah
di televisi dan radio. sementara
teriakan pendemo adalah
cuaca yang berubah sesuka
penguasa. kuasa luka dan airmata
tak lagi nyala sempurna
matahari dan matahati dibungkam
air mineral dari pabrik-pabrik
tepat di jam istirahat.
kota adalah kepalamu yang
diisi dengan orasi dan puisi
dengan diksi berindah-indah
dan tangan yang mengembang
sesuai nada hentakan kakimu
di kepala para pejuang
keadilan dan kebenaran
hanyalah pamflet di ruang tamu
dibaca sesekali mengisi waktu.
Paguyangan, Januari 2017
Dimas Indiana Senja, nama pena dari Dimas Indianto S.M.Pd.I seorang dosen muda IAIN Purwokerto yang suka menulis esai dan puisi. Lahir di Brebes, 20 Desember 1990. Mendirikan komunitas Pondok Pena dan Bumiayu Creative City Forum (BCCF). Tahun 2015 ia mendapat penghargaan dari Pemda Brebes sebagai pemuda berprestasi bidang Pendidikan, Seni, dan Budaya. Buku puisinya Nadhom Cinta dan Suluk Senja, buku esainya Sastra Nadhom. Sering diundang untuk membacakan puisi dan atau menjadi pembicara forum-forum sastra. Terakhir diundang oleh Ubud Writers and Readers Festival di Bali, 2016.