Kepala Bidang Perindustrian pada Dinas Perindustrian, Perdagangan, dan Koperasi (Dinperindagkop) Purbalingga Agus Purhadi Satyo, beberapa waktu lalu mengatakan, produksi industri rumahan knalpot di kabupaten tersebut terus meningkat sejak lima tahun terakhir. Jika pada 2010 produksi knalpot masih sekitar 313.380 unit, maka pada 2014 telah mencapai 595.371 unit.
“Pertumbuhan industri logam knalpot terus meningkat bahkan kendati terjadi pelemahan ekonomi. Walaupun termasuk industri rumahan, perajin terus meningkatkan kualitas knalpot dengan teknologi tepat guna,” jelasnya.
Industri knalpot di Purbalingga berkembang sejak era 1970-an. Pada 2010, nilai produksinya baru sekitar Rp 40 miliar. Namun, nilainya terus meningkat hingga mencapai Rp 81,4 miliar pada 2014. Adapun nilai investasi sekitar Rp 3,5 miliar. Sementara pada 2015, hingga bulan Mei saja, produksinya sudah tercatat 313.380 unit dengan nilai produksi lebih dari Rp 43,8 miliar.
Permintaan knalpot yang terus tumbuh meningkatkan minat warga. Jumlah industri kecil menengah (IKM) dan tenaga kerja yang terserap meningkat. Pada 2010, terdapat 112 unit usaha dengan serapan tenaga kerja 483 orang. Tahun ini, jumlah IKM knalpot sudah mencapai 173 unit usaha dengan tenaga kerja 837 orang.
Kendati pekerja di IKM knalpot hanya ratusan orang, namun tenaga kerja pada usaha pendukung lainnya jauh lebih banyak. Industri pendukung itu seperti bengkel-bengkel otomotif, bengkel las, hingga jasa pemasaran knalpot.
Diperkirakan, 10 persen tenaga kerja lokal yang mencapai 35.000 orang, bekerja di sektor inti maupun pendukung industri logam dan komponen otomotif tersebut. Terlebih, knalpot Purbalingga menjadi satu dari sepuluh produk lokal di Jateng yang ditetapkan sebagai produk unggulan kompetensi inti daerah.
Kavin Kawindra