Festival Congot Angkat Adat-istiadat dan Pariwisata Desa

Wisata161 Dilihat
Konferensi pers dan peluncuran situs www.festivalcongot.com di Graha Adiguna komplek Pendopo Bupati Purbalingga, Selasa (10/10).

Purwokertokita.com – Festival Congot yang mengangkat adat-istiadat dan pariwisata desa bakal digelar di Desa Kedungbenda, Kecamatan Kemangkon, Purbalingga, 13 – 15 Oktober mendatang. Beragam kesenian tradisional yang ada di Desa Kedungbenda akan dipentaskan sebagai bagian dari hajat besar ini.

Menurut ketua penyelenggara Festival Congot 2017, Yudhia Patriana, Festival Congot merupakan duplikasi penyelenggaraan adat dan kebiasaan warga Desa Kedungbenda yang sudah lama dipertahankan menjadi perayaan yang lebih besar dan dalam satu waktu.

“Dalam rangkaian Festival Congot akan ada ruwat bumi, pentas wayang kulit, sedekah klawing dan parade perahu. Dikolaborasikan dengan kegiatan menebar benih ikan, menanam pohon, panggung pinggir kali dan bersepeda menuju Congot dengan ratusan doorprize,” ujar Yudhia Patriana, Selasa (10/10).

Yudhia menambahkan, festival ini juga akan menampilkan kuliner khas sebagai pelengkap paket pariwisata seperti sarapan kupat landan dengan lauk serba ikan kali, pesta canthor, dan beragam minuman kopi yang dikemas dalam coffee adventure, serta produk kuliner lainnya.

Sementara itu, Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Purbalingga, Heriyanto mengatakan, Congot sendiri merupakan suatu tempat pertemuan antara Sungai Klawing yang menghidupi warga Purbalingga dan Sungai Serayu. Lokasi yang masuk wilayah Desa Kedungbenda ini juga merupakan salah satu destinasi wisata.

“Ada banyak ritual adat yang sampai saat ini masih terus terjaga dan dilaksanakan, terutama di Bulan Sura (Muharram) seperti sedekah sungai, ruwat bumi, Suran di Petilasan Lingga Yoni, Suran di Panembahan Dipakusuma, Suran Paguyuban Kejawen, dan sebagainya,” kata Heriyanto saat konferensi pers dan peluncuran situs www.festivalcongot.com di Graha Adiguna komplek Pendopo Bupati Purbalingga, Selasa (10/10).

Heriyanto juga menjelaskan, beragam seni tradisi masih hidup di Desa Kedungbenda. Kelompok-kelompok kesenian tradisional masih kerap pentas baik di desa sendiri maupun di luar desa.

“Ada ebeg, daeng atau aplang, ujungan, begalan, lengger, macanan atau macapatan dan sebagainya,” ujar Heriyanto. (YS)

Tinggalkan Balasan