Jelang Imlek, Begini Tradisi Umat Konghucu di Banyumas

Ragam345 Dilihat
Umat TITD Boen Tek Bio Banyumas memandikan patung para dewa, Jumat (9/2) (NS/purwokertokita.com)

Purwokertokita.com – Setiap menjelang perayaan Tahun Baru Imlek Umat Tempat Ibadah Tri Dharma (TITD) Boen Tek Bio Banyumas punya tradisi unik Mereka membersihkan klenteng dan memandikan patung para dewa.

Ritual jamasan itu dimulai Jumat (9/2) pagi. Puluhan umat dan simpatisan berkumpul di Aula Serbaguna. Mereka mulai membersihkan seluruh ruangan yang biasa digunakan untuk peribadatan.

Beberapa petugas membawa air dari lima sumur di wilayah Banyumas dan Tegal lalu dimasukkan ke dalam bak berukuran sedang. Setelah itu dicampur dengan air kayu cendana dan campuran kembang kenanga, mawar merah dan putih. Air itu digunakan untuk mencuci patung para dewa atau Kim Sin.

Setelah semuanya siap, kaum lelaki dan perempuan memulai pembersihan patung dan bokor wadah dupa. Kegiatan ini bisa dilakukan dalam waktu satu sampai tiga hari sebagai wujud bakti kepada para Dewa.

Humas TITD Boen Tek Bio, Sobita Nanda menuturkan, dalam kepercayaan Konghucu, para dewa naik ke langit beberapa hari sebelum Tahun Baru Imlek. Mereka melaporkan perbuatan manusia kepada Thian (Tuhan). Sehari sebelumnya, umat mengantarkan mereka melalui sembahyang Siang An dan sembahyang Wan Fuk.

“Besoknya umat mulai membersihkan seluruh peralatan ibadah tempat ibadah antara lain patung, hio, altar dan sebagainya,” ujarnya.

Menurut Sobita, umat yang boleh ikut menjamas harus vegetarian. Kaum perempuan juga tak boleh dalam waktu berhalangan.

Saat menjamas Kim Sin, umat membawa handuk yang masih baru. Penganut Tionghoa percaya bahwa handuk yang dipakai untuk mengelap patung bertuah. Handuk itu dibawa pulang, sering dipakai untuk mengompres anak yang sakit dan disimpan sebagai pembawa rejeki.

Dia mengatakan, tahun Imlek 2569 kali ini ada yang istimewa, karena Klenteng yang dikenal dengan kekuatan budayanya itu mendapat penambahan dewa baru yaitu patung Budha Pengobatan, Yao Shi Fuk.

“Patung ini didatangkan dari Taiwan. Di Indonesia, patung ini masih jarang, salah satunya ada di Klenteng Jin De Yuan Jakarta,” ujarnya.

Dia mengatakan, saat tradisi Tjiamsi, umat lelaki, perempuan, dari dewasa dan anak-anak akan datang meminta petunjuk ramuan obat dari Budha Pengobatan. Mereka akan mengocok batang bambu di dalam kotak untuk mendapatkan resep yang tepat.

Selain menjamas patung, di klenteng ini terdapat tiga buah keris yang ikut dicuci. Keris bernama Mbah Kuntjung itu dicuci oleh petugas khusus bernama Marno (33).

“Keris tersebut merupakan wujud unsur kejawen dalam peribadatan yang diwujudkan dengan penghormatan terhadap Mbah Kuntjung, penjaga tempat ibadah ini,” kata Marno

Tiga keris itu masing masing bernama Keris Brojol yang melambangkan kelahiran manusia, keris Sapu Jagat yang berarti membersihkan diri dari hal-hal buruk, dan terakhir Cempana Carita yang berarti pembawa ketenangan. Ketiganya dimandikan oleh Marno pada urutan terakhir setelah para Dewa. (NS)

Tinggalkan Balasan