Purwokertokita.com – Bioskop di Purwokerto pernah mengalami masa kejayaan dari tahun 1980 hingga 1990-an. Dari tujuh bioskop, kini hanya menyisakan satu bioskop yang masih bertahan hingga saat ini.
Jika kamu membaca tulisan ini dan masih ingat akan kenangan bioskop Purwokerto, itu berarti kamu sudah tua. Tentu saja, untuk membuat tulisana ini, saya harus bertemu dengan orang-orang tua penyuka film pada zaman itu. Oke mari kita lihat satu persatu tempat gaulnya anak muda pada zaman itu. Berasa tua nih…
(Baca: Asyiknya Berselfie Ria di Terminal Bulupitu)
1. Garuda
Gedung bioskop ini dulu lokasinya di Jalan Jenderal Soedirman. Saat ini lokasinya sedang dibangun menjadi Rita Super Mall itu loh ….
Penonton bisokop ini rata-rata dari kelas bawah. Hanya menyediakan satu studio dengan sekitar 80-an kursi. Tempat duduknya masih dari kayu dengan penataan mendatar dan bukan bentuk teater. Bayangkan bangku kuliah di Unsoed, nah seperti itulah bangku penonton.
Bioskop ini ngehits saat Lebaran. Biasanya diputar film Saur Sepuh. Ingat dong dengan Brama Kumbara, Mantili dan Laksmini. Tak lupa ada film Warkop DKI. Pasti deh meluber penontonnya.
Nah tiap tanggal 30 September, anak-anak sekolah dipaksa nonton film Pemberontakan G30S/PKI. Ngeri nggak sih, masih kecil dipaksa nonton film kekerasan. Darah itu merah Jenderal!!!
Nah kalau hari pahlawan, pelajar ini juga dipaksa lihat film-film provokasinya Orde Baru macam Serangan Fajar. Lewat film kaya ginilah, Orde Baru menancapkan ideologinya sejak masih anak-anak.
Bioskop dengan satu studio ini tidak dilengkapi pendingin udara atau AC. Makanya, kamu boleh merokok saat menonton film. Di sela-sela menonton, jangan kaget kalau ada tikus lewat. Itu sudah biasa. Oh iya, untuk bisa menonton film di bioskop ini, tiketnya hanya Rp 250 untuk hari biasa dan Rp 500 untuk akhir pekan.
Seorang teman yang sudah tua mengatakan, di bioskop itulah ia pertama kali menggandeng tangan perempuan. Ciee…ciee…
2. Kamandaka
Bioskop ini dulu lokasinya di Moro Supermarket. Juga untuk kelas bawah. Kebanyakan yang diputar film India atau Bollywood. Selain itu juga sering diputar film Mandarin KW 3.
Harga tiketnya lebih mahal dibandingkan Garuda. Cuma selisih Rp 100 perak sih. Berbeda dengan Garuda, kursi di bioskop ini terbuat dari rotan. Sesekali bangsat yang bersembunyi di sela-sela rotan akan menghisap darahmu.
Filmnya cukup up date, cuma telat satu bulan dari peluncurannya. Bioskop ini juga menyediakan taman untuk tempat nongkrong dan pacaran kawula muda Purwokerto.
(Baca: Enam Kuliner Ayam Paling Diburu di Purwokerto)
3. Srimaya
Kenal dengan perempatan Srimaya? Nah perempatan ini disebut Srimaya karena dulunya ada bioskop Srimaya di tempat itu. Sekarang lokasinya berubah menjadi dealer Suzuki Tanaka.
Bioskop ini menarik. Berbeda dengan bioskop lainnya yang penataan kursinya mendatar, bioskop ini punya kursi VIP. Lokasinya di balkon. Ada sekitar 40-an kursi yang ditempatkan di balkon ini. Jadi, selain bisa melihat film dari atas, penonton juga bisa melirik penonton lainnya yang duduk di kursi bawah balkon. Apik mbok?
Nah, bagi yang tidak punya uang, pengelola bioskop akan membuka pintunya saat film sudah diputar setengah. Macam pertandingan sepak bola tarkam saja. Kalau masih ada kursi, bisa duduk di kursi yang kosong. Tapi kalau kehabisan kursi, bisa bawa kursi sendiri atau duduk lesehan.
Bioskop ini berjaya tahun 1990-an. Film yang diputar kebanyakan film Indonesia.
Sori nyela sedikit. Ingat Film Janji Joni yang diperankan oleh Nicholas Saputra? Iya itu yang ciuman dengan Dian Sastro di film AADC. Nah cerita Janji Joni juga berlaku di kalangan bioskop di Purwokerto.
Untuk satu judul film biasanya diputar secara bergiliran masing-masing bioskop. Mereka akan memulai jam tayang dengan jarak waktu sekitar setengah jam. Misalnya Garuda mulai memutar film mulai pukul 14.00 maka Srimaya akan memulai filmnya pukul 14.30. Cara ini untuk mensiasati pertukaran rol film dari satu bioskop satu ke bioskop satunya.
Makanya jangan heran, kalau film yang diputar suka telat setengah jam menunggu Joni melaksanakan tugasnya mengantar rol film. Bayangkan, satu film biasanya sampai ada 3 rol.
Nah sambil nunggu filmnya mulai, bisa udud-udud dulu. Tapi penonton sering kecewa karena film tidak sampai full. Biasanya ada adegan yang terpotong. Bikin bingung. Dari adegan dialog tiba-tiba ada adegan berkelahi.
Pemotongan adegan ini biasanya karena film terbakar saking seringnya diputar. Agar film tetap bisa diputar, maka harus dipotong bagian yang terbakar dan disambung lagi dengan solasi.
Pemotongan ini bisa berujung vandal kalau adegan yang dipotong pas bagian adegan yang hot. Padahal, adegan inilah yang paling ditunggu pemirsa. Setelah itu, mulailah ada lemparan bungkus kacang dan plastik.
Penonton zaman dulu juga sangat emosional. Mereka akan tepuk tangan jika pemeran protagonisnya menang kelahi lawan antagonisnya. “Tunggu pembalasanku, Brama Kumbara,”
4. Nusantara
Oke lanjut. Bioskop Nusantara dulunya berlokasi di depan Toko Aroma Jalan Jenderal Soedirman. Kini sudah berubah menjadi pertokoan dan kantor perbankan.
Bioskop ini diperuntukkan bagi kalangan menengah. Biasanya film yang diputar film-film mandarin. Sehari bisa lima kali putar yakni jam 13.00, 15.00, 17.00, 19.00 dan pukul 21.00.
Tiap hari Jumat dan Sabtu ada pemutaran ekstra show pukul 11.00. Banyak anak sekolah SMP dan SMA yang yang datang di pemutaran ekstra show ini. Habis nonton, biasanya mereka pada tawuran. Tiket ekstra show cukup murah yakni Rp 350 dengan menunjukkan kartu OSIS.
(Baca: Ini 20 Alasan Agar Kaum Pendatang Betah di Purwokerto)
5. President
Dibanding bioskop sebelumnya, Prtesident termasuk bioskop untuk kalngan elit. Kapasitas studionya 250 kursi. Lokasinya di utara Kamndaka ataui kompleks Moro saat ini.
Ruangannya pun ber-AC. Kursinya sudah dari bahan busa. Desain ruangannya sudah teater bukan mendatar lagi. Film yang diputar produksi Hollywood, pemenang Oscar dan film action.
Tiket masuknya cukup mahal yakni Rp 1.250 untuk hari biasa dan Rp 1.750 di akhir pekan. Yang terkenal pemutaran midnight setiap malam minggu.
Inilah, untuk pertama kalinya dalam sejarah perbioskopan Purwokerto, mulai diperkenalkan Pop Corn sebagai cemilan utama saat menonton. Keren ngga sih.
6. Dynasty 21
Lokasinya di Jalan Dokter Angka. Sekarang menjadi Hotel Horison. Bioskop ini diperuntukkan bagi kalngan atas. Filmnya up to date dari produksi Hollywod dan jaringan Twenty one.
Studionya sudah ada empat dengan kapasitas 50-80 kursi. Juga sudah menjual makanan dan minuman yang beragam, seperti sekarang ini.
7. Rajawali
Inilah bioskop yang hingga hari ini masih tetap eksis. Dulunya masih satu studio, kini sudah empat studio. Rajawali juga saat ini sedang mengalami renovasi. Kursinya mulai diganti dengan bahan sofa. Dan wow, ada tempat minumannya. Waaa keren sekali. (norak dikit boleh ya)
Filmnya mulai kekinian sejak tahun 2013-an. Sebelumnya biasanya telat sebulan. Pun kalau penontonnya kurang dari sepuluh, tiket akan dikembalikan. Karena penonton tidak mencapai kuorum.
Harga tiketnya kini bersaing, eh bersaing dengan siapa ya. Untuk hari biasa tiket dijual Rp 25 ribu dan akhir pekan dijual Rp 30 ribu. Jangan lupa bulan depan ada film baru, Mockingjay (bener ngga tulisannya) sama Kungfu Panda loh. Pasti parkirannya penuh dan ngantri dapet tiketnya.
(Baca: Soto Sutri Sokaraja yang Terkenal Se-ASEAN)
Teguh Nugroho