Purwokertokita.com – Begitulah cinta, deritanya tiada akhir. Gara-gara cintanya ditolak gadis desa tetangganya, Dartam menjadi stress dan sakit jiwa. Keluarganya memilih memasukannya ke dalam kandang dengan luas 1,5 x 1,5 meter.
Di negara yang katanya beradab ini, Dartam diperlakukan layaknya kambing. Ia bahkan sempat ditolak oleh RSJ Banyumas. Lantas, bagaimanakah kehidupan sehari-harinya. Berikut reportase lengkap Purwokertokita.com.
Hari sudah terik saat kami tiba di rumah Dartam. Awalnya tak pernah mengira, kalau gubuk kecil mirip kandang kambing itu ada penghuninya. Di dalam gubuk itu, tinggal si Dartam yang sudah 24 tahun tak pernah keluar dari gubuk.
Ia menyapa kami dengan ramah. Meski kadang tidak nyambung, ia masih bisa menjawab berbagai pertanyaan yang diajukan.
“Saya tidak tahu mengapa saya dimasukkan kandang ini,” kata Dartam, warga Desa Pageraji Kecamatan Cilongok Banyumas, saat ditemui Purwokertokita.com, Rabu (25/11).
Lihat juga galeri fotonya: Indonesia Kecil dalam Gubuk Pasungan
Kandang tempat dartam tinggal berukuran 1,5 x 1,5 meter. Pagarnya terbuat dari anyaman bambu. Di beberapa bagian, plastik tampak menjadi penutup bagian yang berlubang.
Dengan kondisi itu, Dartam hanya bisa jongkok. Ia tak bisa berdiri karena atapnya terlalu pendek. Di bagian alas, hanya ada kayu-kayu yang ditata.
Meski dipasung, Dartam mengaku tak ingin keluar kandang. Ia tak tahu apa yang harus dilakukannya jika keluar dari kandang. “Saya masih bisa makan tiga kali sehari. Tadi pagi makan pakai sayur terong,” kata Dartam dalam bahasa ngapak.
Siti, tetangga Dartam mengatakan, tetangganya itu sudah lama di dalam kandang. “Kalau dikeluarkan takut mengancam orang lain,” katanya.
Karsiwen, adik Dartam mengatakan, adiknya dipasung karena tingkah lakuknya dianggap membahayakan penduduk. “Adik saya mulai dipasung tahun 1991,” katanya.
Ia mengatakan, jika dibebaskan adiknya suka membawa golok dan senjata tajam lainnya. Ia khawatir, jika dibiarkan Dartam bisa melukai orang lain.
Dartam juga sering memukuli orang tuanya saat belum dipasung. Saat itu Dartam masih remaja.
Dulunya, kata dia, kelakuan Dartam seperti remaja lainnya. Bahkan Dartam dikenal pemuda playboy yang suka gonta ganti pacar.
Suatu ketika Dartam muda jatuh cinta kepada seorang gadis tetangga desa. Gadis asal Desa Jatisaba itu menolak cintanya Dartam. “Gadis itu lebih memilih laki-laki lain,” katanya.
Tak lama kemudian, Dartam pun frustasi. Depresi luar biasa. Ia dendam dengan penolakan sang gadis. Sampai akhirnya, ia menderita sakit jiwa.
Dartam yang kesumat pun suka membawa golok ke luar rumah. Mengancam siapa saja yang ditemuinya. “Untuk menangkapnya kami minta bantuan orang pintar,” katanya.
Sudar, Kadus 2 Desa Pageraji, Kecamatan Cilongok mengatakan, pihak desa, camat sudah pernah mencoba menangani Dartam dengan cara membawanya ke RSJ Banyumas.
“Waktu dia memecahkan kaca mobil orang yang sedang melintas di depan rumahnya dulu, mulai pak camat, kapolsek membawanya ke Rumah Sakit Jiwa Banyumas. Namun ternyata tidak bisa disembuhkan, karena sepulang dari rumah sakit jiwa tetap kambuh suka mengamuk,” katanya.
Ia yang masih satu keluarga dengan Dartam pun merasa prihatin. Menurut dia, Dartam bisa berperilaku suka mengamuk karena memiliki riwayat pernah jatuh ke jurang dan kepalanya membentur batu semasa remaja.
“Mungkin ada syaraf di bagian otaknya yang tidak beres namun tidak langsung dibawa ke dokter ahli syaraf. Sebab secara fisik juga tidak luka-luka maka dianggap sehat. Ditambah lagi masalah saat masuki usia dewasa ingin menikah, gadis yang disukainya menolak cintanya. Lalu oleh teman-temannya sering diledek, maka bertambah depresi, merasa tidak dihargai,” katanya.
Kata dia, kekuatan Dartam muncul bila terkena sinar matahari. “Dia kalau terkena sinar matahari pasti tenaganya langsung kuat dan mengamuk. Pernah pohon kelapa tetangganya dipangkas tanpa sebab dan suka mengancam ke orang lain. Maka dikerangkeng jalan terbaik sebab tidak akan terkena pancaran sinar matahari demi keamanan warga,” ujarnya.
Karena itu pihak keluarga merasa keberatan seandainya Dartam ini dilepas. “Kalau dilepas pasti akan mengamuk lagi. Keluarga mengerangkeng dia dengan alasan demi keamanan warga. Dan adiknya yang selalu merawat tempat dia dikerangkeng. Walau buang air besar dan kecil di bilik bambu selau dibersihkan. Setiap hari juga dikasih makan, minum jadi tetap diperhatikan,” katanya. Namun bila ada pihak yang bersedia dan bisa merehabilitasi, katanya, dari desa memersilakan
Selain Dartam, di Desa Jingkang Ajibarang, sudah hampir 5 tahun, Tohidin (32) warga RT 05 RW 01 Desa Jingkang Kecamatan Ajibarang harus berada di dalam tempat yang tidak layak karena menderita sakit gila.
Tempat yang terbuat dari bambu berukuran 1.5 x 1 meter beratapkan asbes atau mirip kandang kambing berada di belakang rumahnya sudah didiami Tohidin dengan kondisi tanpa busana.
Kepala Puskesmas II Ajibarang, Edi Hartono mengatakan, sampai saat ini pihak keluarga belum memberikan jawaban terkait akan dibawanya Tohidin ke Rumah Sakit Jiwa. Padahal pihaknya siap memfasilitasi jika keluarga menginginkan untuk dibawa.
Semestinya, pemerintah daerah bisa turun tangan. Di zaman modern ini, sudah banyak ilmu untuk menyembuhkan orang yang kena gangguan jiwa. Pemasungan adalah bentuk lain dari barbarisme. Apapun kondisi Dartam, ia layak diperlakukan sebagai manusia. Bukan dipasung di dalam gubuk yang mirip kandang kambing.
Lihat videonya juga:
https://youtu.be/8VJhwj5qJD4
Aris Andrianto