Purwokertokita.com – Sabine Torres terlihat kebingungan saat melihat petani membawa sejumlah buah kelapa. Ia tak habis pikir, bagaimana cara petani itu memetik buah itu.
“Apakah mereka memanjat pohon itu?” ujar Sabine sambil melahap makan siangnya, Senin (1/8). Ia datang sebagai pembicara pelatihan konten media online yang diadakan oleh AJI Indonesia dan CFI.
Siang itu Sabine yang ditemani Bayu Wardana sedang santap siang di pinggir kolam renang. Menunya khas desa, sayur lodeh terong dan tempe bacem.
Lokasinya yang berada di lereng selatan Gunung Slamet itu membuat obrolan seputar tema desa menjadi topik yang banyak dibicarakan. Menurut Sabine, desa merupakan market media yang cukup potensial.
Ia menceritakan, di Marseille sana, jumlah penduduk satu kota setara dengan jumlah penduduk di satu desa. Sabine pun menceritakan bagaimana ia membangun media online lokal yang hingga tumbuh menjadi besar.
Masih menurut Sabine, media online harus mempunyai visi, misi dan nilai yang jelas. Hal itulah yang nantinya menjadi dasar dalam mengembangkan media online.
Selain itu, sebuah media juga harus mengetahui dengan jelas target pasarnya. Pasar akan merespon sebuah media yang membuat konten asli dan bukan hasil dari plagiasi.
Tak melulu bicara pasar, Sabine juga menyarankan agar idealisme media tetap terjaga. “Ada sesuatu yang diperjuangkan oleh media. Seperti perlawanan terhadap korupsi, perusakan lingkungan dan layanan publik,” katanya.
Ia menyarankan agar media lokal membuat kerjasama terkait konten. Apalagi di Banyumas dan sekitarnya, mempunyai media lokal yang cukup beragam seperti memperjuangkan buruh migran, transparansi desa, pembuat film dokumenter dan lainnya.
Menurut dia, media yang dikelolanya hampir sama karakternya dengan media di Jawa Tengah bagian selatan, seperti Banyumas. “Kita sama-sama membangun media di daerah selatan,” katanya.
Sedangkan Ketua AJI Purwokerto, Aris Andrianto mengatakan, persoalan utama yang dihadapi oleh media lokal adalah ketiadaan visi yang jelas. “Seringkali mereka gamang dalam menentukan karakter medianya,” kata Pemimpin Redaksi Purwokertokita.com ini.
Aris yang saat ini menanti waktu-waktu terakhirnya sebagai Ketua AJI Purwokerto ini menilai, Jawa Tengah selatan masih sangat potensial untuk bisnis media. Terutama media online yang pertumbuhannya masih kecil.
Masih menurut Aris, pengetahuan tentang media online dan cara mengelolanya sangat dibutuhkan oleh pegiat media di Banyumas. “Apalagi kalau di sini yang karakternya agraris, maka media onlinenya juga sedikit banyak terpengaruh terutama konten, yang mengabarkan tentang desa dan sekitarnya,” kata dia menambahkan.
Ina Farida, Redaktur Penadesa.or.id mengatakan, selama ini ia memang cenderung menulis untuk mengabarkan kondisi di desanya saja. “Berita tentang kerusakan jalan, wisata desa, transparansi desa dan kuliner desa memang banyak diminati oleh orang di luar sana,” katanya.
Ia berharap dengan ikut pelatihan tersebut, pengetahuan tentang bagaimana mengelola media online lokal bisa bertambah. “Sabine membawakan materi dengan sangat atraktif. Banyak pengetahuan teknis yang selama ini belum pernah saya bayangkan, bisa dijelaskan dengan baik oleh Sabine. Bounjour,” ujarnya.
Sabine ingin meminum kelapa muda dengan cara orang desa. Ia tak menggunakan gelas. Diangkatnya kelapa muda itu dan menenggak airnya langsung dari lubang kecil di bagian atas kelapa. Bajunya basah tersiram sedikit air yang mengucur deras dari lubang itu.