Duh, Perairan Selatan Cilacap Kini Penuh Sampah Plastik

Lingkungan, Peristiwa214 Dilihat
(ilustrasi) pengerukan sungai untuk mencegah banjir. (sumber: dprd.sidoarjo.go.id)
(ilustrasi) pengerukan sungai untuk mencegah banjir. (sumber: dprd.sidoarjo.go.id)

Purwokertokita.com – Sampah plastik mikro kini semakin banyak di perairan selatan Cilacap. Sampah plastik yang sudah terurai hingga ukuran mikro ini bisa dimakan oleh plankton.

“Dari hasil penelitian saya, sampah plastic di perairan Cilacap sudah mulai mengkhawatirkan,” kata Ketua Pusat Kajian Bioscience Maritim, Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto, Agung Dhamar Syakti, saat berbincang dengan Purwokertokita.com, Rabu (2/3).

Ia mengatakan, berdasarkan penelitian yang dilakukan September 2015, dengan ukuran wilayah laut seluas 20 kilometer x 4 kilometer, ditemukan sampah plastik yang sudah terurai seberat 15 kilogram. Belum lagi sampah plastik lainnya yang masih belum terurai.

Sampah tersebut selain dimakan oleh plankton, juga dimakan oleh ikan, penyu, dan binatang lainnya. Sampah ini kebanyakan terbawa arus sungai yang bermuara di laut selatan.

Indonesia, kata dia, merupakan negara terbesar kedua setelah Cina sebagai negara penyumbang sampah plastik terbanyak di dunia. Dari 5,4 juta ton sampah plastik per tahun, 1,5 juta metrik ton sampah plastik yang mencemari perairan nusantara. “Selain itu, hampir sebagian besar rakyat Indonesia tinggal sekitar 50 kilometer dari pantai,” katanya.

Sumbangan terbesar sampah plastik berasal dari kota besar di Indonesia. Seperti di Teluk Jakarta yang saat ini kadar oksigen terlarutnya mencapai nol persen karena tertutup sampah plastik.

Ia berharap, pemerintah saat ini mulai mensosialisasikan berbahanya sampah plastik ini. Upaya untuk membatasi plastik dengan membeli plastik di pasar modern juga sudah tepat.

Selain itu, kata dia, Indonesia sudah harus menerapkan air minum yang langsung diminum dari kran. Ia mencontohkan, di Perancis sudah jarang produk air dalam kemasan yang menggunakan plastik. “Semua sudah menggunakan air minum yang langsung minum dari kran,” katanya.

Banyumas, kata dia, bias menjadi daerah percontohan penggunaan air minum langsung dari kran. Di daerah Baturraden, air bias dikumpulkan dan langsung disalurkan ke rumah-rumah penduduk. “Penggunaan air kran untuk minum bias mengurangi penggunaan plastik secara signifikan. Banyumas bisa memulainya,” kata dia menambahkan.

Tinggalkan Balasan