Wacana City Branding Purbalingga Dinilai Tak Jelas

Komunitas125 Dilihat
source: laman facebook Hangout Bistro
source: laman facebook Hangout Bistro

Purwokertokita.com – Berkembangnya wacana city branding Purbalingga Jawa Tengah untuk membentuk pencitraan kota, dinilai belum jelas. Wacana tersebut selama ini dinilai belum mampu melibatkan kesadaran dan komitmen seluruh elemen yang ada di Purbalingga.

Hal itu mengemuka ditengah diskusi “Spik Sana Spik Sini” yang mengangkat tema “Purbalingga, The Blank Spot City” di Hangout Cafe Purbalingga, Jumat (11/3) malam. Dalam diskusi tersebut hadir sejumlah pegiat kreatif lintas bidang, seperti pembuat film muda, musisi, perwakilan Paguyuban Kakang Mbakayu Purbalinggga (Kayulingga), pegiat wisata hingga pengusaha mengemukakan pendapatnya.

Berbagai pertanyaan mengemuka dalam sesi diskusi tersebut. “Pekerjaan rumah kita sebenarnya apa sih (terkait pengembangan kota)?” ujar perintis Purbalingga Bussines Center (PBC), Andi Pranowo.

Wacana city branding Purbalingga yang diangkat dalam diskusi tersebut merupakan respon menghangatnya lontaran-lontaran kebutuhan kota knalpot tersebut di media sosial beberapa waktu ke belakang. Kegelisahan lain diungkapkan salah satu pengusaha properti asal kota Perwira, Arif Nugroho.

Ia menilai city branding diperlukan tidak hanya untuk membedah karakter kota, tetapi juga meniupkan ruhnya. “Karena city branding tanpa ada isi, hanya akan jadi kapitalisasi kota,” katanya.

Sementara itu, Direktur Cinema Lovers Community (CLC), Bowo Leksono mengemukakan hingga saat ini, belum ada keseriusan untuk menggarap agenda di Purbalingga. Ia mengkritik, kebijakan yang tidak relevan dalam aplikasi membangun Purbalingga yang lebih baik.

“Kalau Kota Braling ingin berkembang, jangan sedikit-sedikit menjadi proyek ngode. Karena bisa mengurangi esensi event atau agenda itu dan harus diakui pasca-Sumanto, belum ada yang membuat Purbalingga hebat di mata bahkan dunia,” katanya.

Sementara itu, jurnalis Suara Merdeka, Nugroho Pandu Sukmono mengemukakan adanya persoalan dalam konteks wisata alam yang belum tergarap maksimal. Bahkan, ia mencontohkan ada destinasi wisata yang harus dikembangkan untuk mendapat nilai lebih.

“Seperti wilayah Kecamatan Rembang itu riskan, kalau wisata jualannya hanya mengandalkan pemandangan, karena pasti akan segera ditinggal,” katanya.

Potensi Teknologi Informasi

Ia menambahkan, seharusnya berbagai pihak yang ingin berbicara city branding tidak hanya menjalin komunikasi dengan baik dan terbuka. Namun harus lebih jauh dari itu, para pihak harus membangun pencitraan daerah yang lebih luas lagi. “Seharusnya sudah mulai melirik potensi kemajuan teknologi informasi untuk membangun citra Purbalingga di mata dunia,” tuturnya.

Sementara itu, inisiator diskusi “Spik Sana Spik Sini”, Bangkit Wismo mengemukakan agenda tersebut merupakan kali pertama digelar dengan tujuan mempertemukan kalangan dan komunitas di kota perwira tersebut. Ia berharap, dari pendapat yang mengemuka dalam agenda diskusi tersebut bisa menyatukan gerak untuk menuju yang lebih baik.

“Agenda bulanan ini, diharapkan bisa menjadi ruang untuk mempertemukan berbagai pemikiran dari berbagai kalangan untuk segala perbaikan dan merespon wacana yang berkembang dalam masyarakat Purbalingga,” jelasnya.

Tinggalkan Balasan