Catatan Hari Guru Nasional

Kolom252 Dilihat

PURWOKRETOKITA.COM – Guru bukan kotak kosong. Dia manusia yang memenuhi panggilan jiwa untuk menuntaskan tugas besar kemanusiaan dengan segudang permasalahannya.

Tak ada yang mampu konsisten menjalani peran sebagai guru tanpa berangkat dari motivasi besar. Sebabnya semua tahu, mulai dari isu sistem pendidikan, kesejahteraan, kompetensi, hingga dinamika di dunia pendidikan.

Sistem pendidikan kadang menjadi beban alih-alih membuka jalan menuju cita-cita mulia pendidikan. Kerap kita dengar bagaimana guru kelelahan mengurus urusan administrasi sehingga kreativitas di kelas tak terjamah.

Di sisi lain masih banyak guru yang tak mendapat penghargaan yang layak atas tugasnya yang bertumpuk-tumpuk. Tanpa landasan kecintaan pada profesi, niscaya ia hanya akan sekadar menjalankan tugas sambil lalu. Jika sudah demikian halnya, lantas bagaiman nasib para peserta didiknya?

Persoalan kesejahteraan guru secara naluriah juga membuat guru tak berpikir panjang pada upaya meningkatkan kompetensi diri. Sementara zaman terus melaju, berubah dari satu kebaruan menuju kebaruan yang lain. Jika guru tak memutakhirkan pengetahuan dan kecakapannya, maka produk macam apa yang akan dihasilkan kelak?

Sebutlah satu hal, teknologi. Teknologi melaju amat cepat, lebih cepat dari kemampuan untuk mengikutinya. Saat mesin mampu berpikir secara independen dan kecerdasan buatan mengancam menggeser fungsi pengajaran, guru masih berpeluh menutup kebutuhan domestiknya.

Kompetensi menentukan loyalitas pada profesionalitas. Sebab jamak terjadi loyalitas jatuh pada prestasi akademik palsu sekolah. Sekolah ramai-ramai memanipulasi hasil evaluasi pembelajaran demi mecapai derajat kompetitif. Padahal, langkah ini sejatinya menuntun sekolah pada jurang krisis kepercayaan pada institusi sekolah.

Melihat benang kusut persoalan guru ini, perlu kiranya kembali pada upaya perbaikan. Regulator harus menuntaskan peermasalahan sistemik yang memperlambat kerja guru menghadirkan pembelajaran kreatif dan inovatif.

Di sisi lain, pekerjaan rumah mensejahterakan guru juga harus segera dituntaskan. Rencana pengentasan guru honorer menjadi ASN harus direalisasikan dalam tempo sesingkat-singkatnya. Setelah persoalan kesejahteraan selesai, tuntut para guru untuk lebih profesional.

Alokasikan anggaran untuk peningkatan kapasitas guru dan pemenuhan fasilitas pembelajaran kekinian. Hapus nuansa kompetisi antar-sekolah semu yang membuat sekolah mematut-matutkan hasil pembelajaran. Hasil pembelajaran palsu tidak akan membuat sekolah lebih baik, sebaliknya institusi sekolah akan kehilangan kepercayaan dari pasar kerja dan pengguna jasa lulusannya.

Tinggalkan Balasan