PURWOKERTOKITA.COM, PURWOKERTO-Di era kemajuan teknologi komunikasi saat ini, masyarakat bukan lagi sebatas menjadi konsumen media. Mereka juga bisa terlibat dalam pengolahan informasi itu sendiri.
Masalahnya, literasi media masyarakat masih lemah. Berbagai platform media, termasuk media sosial yang membuka partisipasi warga, hanya dibanjiri berita sampah.
Jurnalisme Warga menjadi solusi di tengah peliknya persoalan ini. AJI Purwokerto dengan medianya Purwokerto Kita Media memfasilitasi warga, khususnya di desa yang ingin belajar jurnalistik.
Melalui platform Purwokertokita.com, mereka dilibatkan untuk proses produksi informasi sesuai kaidah dan kode etik jurnalistik. Sehingga informasi yang mereka olah bisa dipertanggungjawabkan.
“Jadi saya tidak hanya menulis status WA. Saya ingin menulis, tapi gak tahu jalannya, ” kata Ikfi, peserta Webinar Jurnalisme Warga, Tantangan dan Masa Depan yang diselenggarakan AJI Purwokerto bersama Purwokerto Kita Media,
Gayung bersambut. Melalui program Pena Desa yang diinisiasi AJI Purwokerto, Ikfi punya kesempatan untuk menyalurkan hobinya menulis. Ia beruntung bisa ikut mengisi konten portal berita Purwokertokita.com yang memang memberikan ruang bagi jurnalis desa.
Irfan, warga Desa Gumelem Kecamatan Susukan, Banjarnegara antusias mengikuti kegiatan ini. Alumni Persma atau Surat Kabar Mahasiswa (SKM) Amanat IAIN Walisongo Semarang ini punya harapan lebih bisa bergabung menjadi anggota AJI Purwokerto.
Hanya ia sadar diri. Meski mengaku sering menulis, dia bukan jurnalis resmi di media mainstream. Ia pun berharap ada pelatihan bagi dia untuk meningkatkan kemampuan jurnalistiknya.
“Bagus karena AJI memberikan kesempatan warga umum untuk bergabung. Saya kira hanya jurnalis media mainstream yang boleh, ” katanya
Suratman adalah aktivis desa dari Desa Pungangan Kecamatan Mojotengah, Wonosobo. Ia terlibat aktif dalam organisasi kepemudaan dan kelompok tani di desanya.
Kelompoknya yang berhasil memproduksi parfum dan kopi ini bahkan kerap mendapatkan penghargaan karena prestasi. Banyak potensi di desanya yang menarik untuk ditulis.
Dengan kemampuan jurnalistik yang ia miliki, Suratman bisa menulis dan memublikasikan potensi desanya, termasuk untuk keperluan promosi.
“Saya belajar menulis dari kakak saya, ” katanya
Ketua AJI Purwokerto sekaligus Direktur Purwokerto Kita Media Rudal Afganistan Dirgantara mengatakan, Pena Desa dibentuk untuk memfasilitasi warga yang berminat menulis.
Menurut dia, warga tidak harus bekerja di media mainstream untuk bisa menulis. Mereka bisa bebas menulis dan didistribusikan melalui media alternatif.
Melalui Pena Desa, pihaknya berharap warga bisa ikut berperan sebagai jurnalis untuk mengawal pembangunan di desanya masing-masing. Mereka bisa menulis atau melakukan kontrol sosial di tingkat paling lokal atau desa yang tidak terjangkau media mainstream.
“Apalagi sekarang di desa ada Dana Desa dengan alokasi anggaran besar. Jurnalis warga bisa terlibat mengawal pembangunan di Desa agar berjalan sesuai harapan warga, ” katanya
Khoirul Muzakki, Divisi Advokasi dan Pemberdayaan AJI Purwokerto mengatakan, sebagai organisasi profesi, yang tergabung dalam keanggotaan AJI Purwokerto tentu saja harus jurnalis.
Tetapi pihaknya memberikan kesempatan bagi jurnalis warga atau bukan dari media mainstream untuk bergabung. Pihaknya mendorong peserta agar aktif menulis atau memproduksi konten untuk Purwokertokita.com yang berafiliasi dengan AJI.
Jika aktif menulis dan dinilai layak, pihaknya tak segan akan merekrut mereka menjadi anggota AJI Purwokerto sesuai ketentuan berlaku.
“Yang penting teman-temannya menulis dulu dan aktif mengisi konten. Nanti akan dinilai, ” katanya