Ini Harga Tiket Pesawat Jakarta-Purbalingga yang Ideal Menurut Dirut Garuda

Bisnis182 Dilihat
Pesawat militer milik Angkatan Udara Republik Indonesia akan mendarat di Lanud Wirasaba Purbalingga, beberapa waktu silam. Bandara Wirasaba dalam waktu dekat akan menjadi bandara komersil di wilayah barat-selatan Jawa Tengah. (Humas Purbalingga/Purwokertokita.com)
Pesawat militer milik Angkatan Udara Republik Indonesia akan mendarat di Lanud Wirasaba Purbalingga, beberapa waktu silam. Bandara Wirasaba dalam waktu dekat akan menjadi bandara komersil di wilayah barat-selatan Jawa Tengah.
(Humas Purbalingga/Purwokertokita.com)

Purwokertokita.com – Penantian panjang pembukaan bandara komersil di lapangan udara Wirasaba Purbalingga Jawa Tengah, terjawab sudah. Menteri Perhubungan, Ignasius Jonan melalui pesan singkat kepada Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo, beberapa waktu lalu, menyampaikan agar pengembangan Lanud Wirasaba menjadi bandara komersil dilaksanakan secepatnya.

Kabar gembira tersebut kemudian direspon maskapai Garuda Indonesia yang merupakan perusahaan penerbangan nasional kebanggaan milik negara. Bahkan, pesawat jenis ATR 72-600 dikabarkan bisa melayani penerbangan Jakarta-Purbalingga, dengan catatan didukung fasilitas bandara yang memadai untuk pendaratan dan penerbangan pesawat tersebut.

“Kita tinggal menunggu kepastian dari pihak penyedia bandara, plus spesifikasi-spesifikasinya harus sesuai dengan spec yang kita punyai. Kita punya pesawat ATR 72-600, jadi runway-nya harus cukup. Kemudian kekerasan runway cukup, navigasi semua sudah harus terpenuhi,” kata Direktur Utama Garuda Indonesia, Muhammad Arif Wibowo saat ditemui usai mengisi kuliah umum di Gedung Roedhiro Fakultas Ekonomi Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto, Jumat (22/1).

Dalam kesempatan tersebut, ia menilai potensi bisnis penerbangan di kawasan Eks-Karesidenan Banyumas, dengan beberapa kabupaten sekitar cukup prospektif. Apalagi, katanya, didukung laju pertumbuhan ekonomi yang tinggi dibandingkan rata-rata pertumbuhan nasional.

“Biasanya kan pertumbuhan ekonomi tinggi di luar Pulau Jawa, (terutama) wilayah timur. Nah, ini ada potensi-potensi pasar yang harus kita serap. Sementara alat trasnportasi yg tersedia hanya kereta, dan jalan tol, saya rasa sampai (Tol) Cipali dengan perjalanan tujuh jam, sedangkan lima jam dengan kereta. (Kalau) dengan airline masih lebih worthed juga,” katanya.

Baca: Alhamdulillah, Lanud Wirasaba Akan Jadi Bandara Komersil

Ia juga memantau, padatnya penumpang kereta api pada hari-hari biasa yang menunjukkan adanya tingkat isian yang padat. Masih menurutnya, ideal harga untuk sekali penerbangan rute Jakarta-Purbalingga berada dibawah kisaran Rp 1 juta.

“Kalau di hari biasa saja bisa berapa puluh gerbong (kereta api) plus dengan tingkat isian yang sangat padat harga (tiket) Rp 350 ribu-Rp 450 ribu. Saya kira kalau kita taruh dengan harga (tiket pesawat) Rp 700 ribu-Rp 800 ribu itu akan lebih worthed juga, karena tergantung segmen juga,” jelasnya.

Kebutuhan Akademisi

Arif mengemukakan, harga tersebut sebenarnya sesuai dengan kebutuhan industri serta edukasi di wilayah Banyumas dan sekitarnya. Diakuinya, selama ini kerap mendengar keluhan dari kalangan akademisi yang menyayangkan tidak tersedianya fasilitas transportasi udara terdekat untuk mempercepat jarak tempuh.

“Saya ngobrol juga dengan rektor dan dekan di Unsoed, kadang-kadang kalau tidak ada alat transportasi udara, event-event internasional jarang mau ke sini. Expert-expert internasional sulit mau ke sini, sehingga ini juga untuk mengerek daerah sini juga. Karena, kalau dengan akses yang lebih acceptable buat kelas internasional, ini (Unsoed) akan cepat naik,” jelasnya.

Baca: Garuda Indonesia Siap Layani Penerbangan Menuju Bandara Wirasaba?

Ia mengemukakan, selain untuk kebutuhan perguruan tinggi, keberadaan bandara di wilayah Eks-Karesidenan Banyumas juga bisa meningkatkan pertumbuhan perekonomian di wilayah tersebut. Sehingga, ia menilai kebutuhan untuk transportasi udara mutlak dibutuhkan untuk pemangku kebijakan yang mobilitasnya tinggi.

“Saya kira buat orang yang top rank terutama, akan lebih menghargai waktunya. Sehingga ini (transportasi udara) akan lebih menjadi basis pertumbuhan pada waktu ke depan. Toh kalau kita harus terbang, mungkin tidak dimulai dengan daily flight, tetapi juga seminggu empat, seminggu lima (kali). saya rasa bisa bertahap,” ujarnya.

Tinggalkan Balasan